PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA KONVERSI dan ANGGARAN BEBAN USAHA
Dosen
Pengampu :
Wieta Chairunesia,
SE., M.Ak
Disusun
Oleh :
Nabila Syifa Yansa (33217010005)
Farilla Eka Suci (33217010007)
Ria Sumarjani (33216010008)
FAKULTAS
EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI D3
UNIVERSITAS
MERCU BUANA
2019
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 3
BAB 1 Pendahuluan.............................................................................................................. 4
1.1 Latar
Belakang................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan
Masalah.............................................................................................................. 4
BAB II Isi................................................................................................................................ 5
2.1 Penyusunan Anggaran Biaya
Tenaga Kerja Langsung...................................................... 5
2.1.1 Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar per Unit Produk........................................ 6
2.1.2 Jam
Kerja Standar Tenaga Kerja Langsung Terpakai.............................................. 6
2.1.3 Anggaran
Biaya Tenaga Kerja Langsung................................................................ 7
2.2 Penyusunan
Anggaran Biaya Overhead Pabrik................................................................. 9
2.2.1 Ilustrasi Penyusunan Anggaran
Biaya Overhead Pabrik......................................... 10
2.3 Penyusunan
Anggaran Beban Usaha................................................................................. 13
2.3.1 Ilustrasi Penyusunan Anggaran Beban Usaha......................................................... 15
2.3.2 Menyusun Anggaran Laba Rugi.............................................................................. 15
BAB III Penutup.................................................................................................................... 24
Kesimpulan.............................................................................................................................. 24
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 25
Kata
Pengantar
Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya
layak tercurahkan kepada Allah SWT., karena atas limpahan karunia-Nya. Shalawat
serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa
sallam. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok ini tepat pada
waktunya.
Kami diberikan tugas untuk membuat makalah dengan judul “PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA KONVERSI dan ANGGARAN BEBAN USAHA”
Banyak
kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam membuat tugas ini tetapi dengan
semangat, kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak yang membantu
terutama kepada dosen pengampu Bahasa Indonesia Ibu Wieta Chairunesia, SE., M.Ak kami ucapkan terima kasih, sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini.
kami menyimpulkan bahwa tugas makalah
ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami menerima saran dan kritik, guna
kesempurnaan makalah kami.
Jakarta, 26 September 2019
Kelompok 5
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tenaga kerja langsung adalah tenaga manusia yang
bekerja langsung menolak produk untuk perusahaan yang memproduksi kursi rotan
yang disebut tenaga kerja langsung, seperti: tukang potong rotan, tukang ukur
kursi rotan, tukang rakit kursi rotan, tukang ketam (pelicin) kursi rotan,
tukang warna kursi rotan, Adapun tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja
manusia yang ikut membantu menyelesaikan produk, seperti: mandor, manajer
produksi, penyelia, dan lain-lain.
Upah untuk tenaga kerja langsung disebut biaya tenaga
kerja langsung (BTKL), sedangkan upah untuk tenaga kerja tak langsung disebut
biaya tenaga kerja tak langsung (BTKTL). Biaya tenaga kerja tak langsung
merupakan salah satu unsur dari biaya overhead pabrik (BOP). Upah yang
dibayarkan kepada tenaga kerja yang memelihara alat produksi (seperti: montir,
mekanik) termasuk unsur biaya pemeliharaan pabrik. Biaya pemeliharaan pabrik
termasuk salah satu unsur biaya overhead pabrik (BOP).
Anggaran biaya tenaga kerja langsung meliputi taksiran
keperluan tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi jenis dan kuantitas
produk yang direncanakan dalam anggaran produk. Anggaran biaya tenaga kerja
langsung merupakan salah satu unsur dari harga pokok produk. Harga pokok produk
adalah salah satu biaya yang berkaitan dengan produk. Oleh karena itu anggaran
biaya tenaga kerja langsung diperlukan dalam penghargapokokan produk per unit.
Penghargapokokan produk per unit sangat penting dalam penentuan harga jual. Di
gamping itu juga dengan disusunnya anggaran biaya tenaga kerja langsung dapat diperkirakan keperluan
kas untuk biaya tenaga kerja langsung. Untuk menyusun anggaran biaya tenaga
kerja langsung terlebih dahulu ditetapkan biaya tenaga kerja langsung standar
per unit produk.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana cara menyusun anggaran
biaya konversi ?
2. Bagaimana cara menyusun anggaran
beban usaha ?
3. Bagaimana cara menyusun anggaran
laba rugi ?
BAB
II
ISI
2.1 Penyusunan Anggaran Biaya Tenaga
Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga manusia yang
bekerja langsung menolak produk untuk perusahaan yang memproduksi kursi rotan
yang disebut tenaga kerja langsung, seperti: tukang potong rotan, tukang ukur
kursi rotan, tukang rakit kursi rotan, tukang ketam (pelicin) kursi rotan,
tukang warna kursi rotan, Adapun tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja
manusia yang ikut membantu menyelesaikan produk, seperti: mandor, manajer
produksi, penyelia, dan lain-lain.
Upah untuk tenaga kerja langsung disebut biaya tenaga
kerja langsung (BTKL), sedangkan upah untuk tenaga kerja tak langsung disebut
biaya tenaga kerja tak langsung (BTKTL). Biaya tenaga kerja tak langsung
merupakan salah satu unsur dari biaya overhead pabrik (BOP). Upah yang dibayarkan
kepada tenaga kerja yang memelihara alat produksi (seperti: montir, mekanik)
termasuk unsur biaya pemeliharaan pabrik. Biaya pemeliharaan pabrik termasuk
salah satu unsur biaya overhead pabrik (BOP).
Anggaran biaya tenaga kerja langsung meliputi taksiran
keperluan tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi jenis dan kuantitas
produk yang direncanakan dalam anggaran produk. Anggaran biaya tenaga kerja
langsung merupakan salah satu unsur dari harga pokok produk. Harga pokok produk
adalah salah satu biaya yang berkaitan dengan produk. Oleh karena itu anggaran
biaya tenaga kerja langsung diperlukan dalam penghargapokokan produk per unit.
Penghargapokokan produk per unit sangat penting dalam penentuan harga jual. Di
gamping itu juga dengan disusunnya anggaran biaya tenaga kerja langsung dapat diperkirakan keperluan
kas untuk biaya tenaga kerja langsung. Untuk menyusun anggaran biaya tenaga
kerja langsung terlebih dahulu ditetapkan biaya tenaga kerja langsung standar
per unit produk.
2.1.1
Biaya
Tenaga Kerja Langsung Standar per Unit Produk
Biaya tenaga kerja langsung standar per unit produk
terdiri dari jam tenaga kerja langsung
dan tarif upah standar tenaga kerja langsung. Jam Standar Tenaga Kerja Langsung (JSTKL) adalah taksiran sejumlah jam tenaga kerja Langsung yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk tertentu. Jam standar tenaga kerja langsungg dapat ditentukan dengan Cara:
dan tarif upah standar tenaga kerja langsung. Jam Standar Tenaga Kerja Langsung (JSTKL) adalah taksiran sejumlah jam tenaga kerja Langsung yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk tertentu. Jam standar tenaga kerja langsungg dapat ditentukan dengan Cara:
a. Menghitung rata-rata
jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari
kartu harga pokok periode yang lalu.
kartu harga pokok periode yang lalu.
b. Mencoba jalan operasi
produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan.
c. Mengadakan penyilidikan
gerak dan waktu.
d. Mengadakan taksiran
yang wajar.
e. Memperhitungkan
keloriggaran waktu untuk istirahat, penundaan kerja yang tak bisa dihindari,
dari faktor kelelahan.
Tarif upah standar
tenaga kerja langsung (TUSt) adalah taksiran tarif upah per jam. tenaga kerja
langsung. Tari upah standar tenaga kerja langsung (TUSt) dapat ditentukan atas dasar: (a) Perjanjian dengan
organisasi karyawan, (b) Dapat upah masa lalu yang dihitung secara rata-rata
dan (c) Perhitungan tarif upah dalam operasi normal.
Misalkan jam standar
tenaga kerja langsung ditentukan untuk membuat satu botol kecap diperlukan waktu 0,1 jam dan tarif
upah standar tenaga kerja langsung (TSt) ditentukan per jam Rp 500. Dengan
demikian biaya tenaga kerja langsung standar per unit produk (BTKLSP) untuk membuat satu botol kecap = 0,1 jam @ Rp 500:
Rp 50.
Setelah jam standar
tenaga kerja langsung (JSTKL) ditetapkan, kemudian disusun jam kerja standar tenaga kerja langsung
terpakai.
2.1.2
Jam
Kerja Standar Tenaga Kerja Langsung Terpakai
Untuk
menyudsun jam kerja standar tenaga kerja langsung terpakai (JKSt) diperlukan
data anggran produk dan jam standar tenga kerja langsung (JSTKL).
Misalkan
Anggaran Produk jadi dari Perusahaan Kecap Asli selama Tahun 2016 Sebagai
Berikut.
Triwulan
|
Kecap Sedang
|
Kecap Manis
|
Kecap Asin
|
Total
|
I
|
22 Botol
|
13 Botol
|
9 Botol
|
44 Botol
|
II
|
23 Botol
|
13 Botol
|
10 Botol
|
46 Botol
|
III
|
24 Botol
|
14 Botol
|
9 Botol
|
47 Botol
|
IV
|
26 Botol
|
14 Botol
|
10 Botol
|
50 Botol
|
Setahun
|
95 Botol
|
54 Botol
|
38 Botol
|
187 Botol
|
Jam standar tenaga kerja langsung (JSTKL) untuk
membuat satu botol kecap diperlukan waktu 0,1 jam.
Rumus yang dapat digunakan dalam menyusun jam kerja
standar tenaga kerja Iangsung terpakai (JKSt) adalah sebagai berikut.
JKSt=2 P x JSTKL
|
JKST
= Jam kerja standar tenaga kerja langsung terpakai
P =
Unit ekuivalen produk
JSTKL
= Jam standar tenaga kerja langsung.
Bila tidak terdapat Produk dalam proses, maka unit
ekuivalen produk sama dengan produk jadi dihasilkan period tersebut. Anggaran
produk pada Perusahaan Kecap Asli dalam contoh tersebut tidak terdapat sediaan produk
dalam proses, sehingga unit ekuivalen produk sama dengan produk jadi.
Dari data tersebut di atas dapat disusun jam kerja
standar tenaga kerja langsung terpakai (JKSt) seperti Tabel 9-1.
Perusahaan Kecap Asli
Jam Kerja Standar Tenaga Kerja
Langsung Terpakai
Tiap Triwulan Pada Tahun 2016
Triwulan
|
Kecap Sedang
|
Kecap Manis
|
Kecap Asin
|
Total
|
I
|
2,2 Jam
|
1,3 Jam
|
0,9 Jam
|
4,4 Jam
|
II
|
2,3 Jam
|
1,3 Jam
|
1,0 Jam
|
4,6 Jam
|
III
|
2,4 Jam
|
1,4 Jam
|
0,9 Jam
|
4,7 Jam
|
IV
|
2.6 Jam
|
1,4 Jam
|
1,0 Jam
|
5,0 Jam
|
Setahun
|
9,5 Jam
|
5,4 Jam
|
3,8 Jam
|
18,7 Jam
|
Pada Tabel 9-1 tampak triwulan I produk jadi kecap
sedang sebanyak 22 botel (P) x JSTKL (jam standar tenaga kerja langsung) 0,1
sehingga jam kerja standar tenaga kerja langsung terpakai (JKSt) sebanyak 2, 2
Jam.
Setelah disusun jam kerja standar tenaga kerja
langsung terpakai, kemudian disusun anggaran biaya tenaga kerja langsung.
2.1.3 Anggaran
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rumus
yang dapat digunakan dalam menyusun anggaran biaya tenaga kerja langsung (BTKL)
atau biaya tenaga kerja langsung standar (BTKLSt) sebagai berikut.
Anggaran BTKL =
JKSt x TUSt atau P x BTKLSP
|
Misalkan dari data pada Tabel 9-1 dan data tarif upah
standar tenaga kerja langsung (TUSt) per jam Rp 500, maka dapatlah disusun
anggaran biaya tenaga kerja langsung seperti Tabel 9-2.
Pada Tabel 9-2 anggaran biaya tenaga kerja langsung
untuk kecap sedang sebesar
Rp 1. 100 dihitung dengan cara JKSt x TUSt, yaitu 2,2 Jam x Rp 500 = Rp l. 100 atau P X BTKLSP, yaitu 22 Botol x Rp 50 = Rp l. 100.
Rp 1. 100 dihitung dengan cara JKSt x TUSt, yaitu 2,2 Jam x Rp 500 = Rp l. 100 atau P X BTKLSP, yaitu 22 Botol x Rp 50 = Rp l. 100.
Anggaran biaya tenaga kerja langsung setahun untuk:
Kecap
sedang = 9,5 jam x Rp 500 =
Rp 4.750 .
Kecap
manis = 5,4 jam x Rp 500 =
Rp 2.700
Kecap
asin = 3,8 jam x Rp 500
= Rp 1.900 Total = Rp 9.350
Perusahaan
Kecap Asli
Anggaran Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Tiap Triwulan Pada tahun 2016
Triwulan
|
Kecap Sedang
|
Kecap Manis
|
Kecap Asin
|
Total
|
I
|
Rp 1.100
|
Rp 650
|
Rp 450
|
Rp 2.200
|
II
|
Rp 1.150
|
Rp 650
|
Rp 500
|
Rp 2.300
|
III
|
Rp 1.200
|
Rp 700
|
Rp 450
|
Rp 2.350
|
IV
|
Rp 1.300
|
Rp 700
|
Rp 500
|
Rp 2.500
|
Setahun
|
Rp 4.750
|
Rp 2.700
|
Rp 1.900
|
Rp 9.350
|
2.2
Penyusunan Anggaran
Biaya Overhead Pabrik
Biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung terjadi untuk membiayai produksi,
artinya bila perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi maka biaya tersebut
tidak terjadi. Besar kecilnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
bergantung pada tingkat produksi. Oleh karena itu biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung termasuk unsur biaya variabel. Biaya tenaga kerja
langsung termasuk biaya variabel bila sistem upah yang digunakan sistem upah
per jam atau per unit, tetapi bila sistem upah yang digunakan sistem upah
tetap, seperti upah harian, upah bulanan, maka biaya tenaga kerja langsung termasuk
biaya tetap. Dalam buku ini biaya tenaga kerja langsung dianggap sebagai biaya
variabel. Mengenai biaya variabel akan dibahas lebih lanjut pada Bab 16.
Biaya
overhead pabrik (BOP) adalah biaya pabrik selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Biaya pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik periode
ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik. Dalam biaya overhead pabrik terdapat biaya variabel dan biaya tetap.
Biaya
overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang dipengaruhi oleh
besar kecilnya volume kegiatan produksi, sedangkan biaya overhead pabrik tetap
adalah biaya overhead pabrik yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar
kecilnya volume kegiatan produksi.
2.2.1
Ilustrasi
Penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Misalnya
Perusahaan Kecap Asli pada tahun 2016 menyusun anggaran biaya overhead pabrik
pada kapasitas produksi normal setahun 200 botol dengan Waktu 20 jam kerja
langsung. Atas dasar unit produk dan atas dasar jam kerja langsung dapat dibuat
pembebanan biaya overhead pabrik yang dianggarkan seperti Tabel 9-3.
Dari
Tabel 9-3 terlihat yang merupakan BOP variabel penuh seperti biaya bahan
pembantu dan biaya pernik pabrik.
Adapun
yang merupakan BOP tetap penuh hanya biaya depresiasi pabrik. Sedangkan yang
merupakan biaya semi variabel, artinya dalam biaya tersebut terdapat biaya
variabel tetapi terdapat juga biaya tetap, seperti : biaya tenaga kerja tak
langsung, biaya pemeliharaan pabrik, biaya listrik pabrik, biaya asuransi
pabrik, dan biaya lain-lain pabrik. Cara pemisahan biaya semi variabel menjadi
sebagian biaya variabel dan sebagian lagi menjadi biaya tetap dapat dipelajari
lebih lanjut pada Bab 16 dalam pokok bahasan Metode Pemisahan Biaya.
Perusahaan Kecap Asli
Anggaran Biaya Overhead Pabrik
(BOP)
Atas Dasar Kapasitas Normal
200 atau 20 jam kerja langsung
Tahun Berakhir 31 Desember 2016
(dalam Rp)
Unsur Biaya Overhead Pabrik (BOP)
|
Total BOP
|
BOP Tetap
|
BOP Variabel
|
BOP Variabel
|
BOP Tetap
|
||
Per unit
|
Per Jam
|
Per unit
|
Per jam
|
||||
Bahan pembantu
|
4.000
|
-
|
4.000
|
20
|
200
|
-
|
-
|
Pernik pabrik
|
1.000
|
-
|
1.000
|
5
|
50
|
-
|
-
|
Tenaga kerja tak langsung
|
7.000
|
1.000
|
6.000
|
30
|
300
|
5
|
50
|
Pemeliharaan pabrik
|
1.000
|
200
|
800
|
4
|
40
|
1
|
10
|
Listrik pabrik
|
3.000
|
2.000
|
1.000
|
5
|
50
|
10
|
100
|
Depresiasi pabrik
|
2.000
|
2.000
|
-
|
-
|
-
|
10
|
100
|
Asuransi Pabrik
|
1.000
|
600
|
400
|
2
|
20
|
3
|
30
|
Lain-lain pabrik
|
1.000
|
600
|
400
|
2
|
20
|
3
|
30
|
Jumlah
|
20.000
|
9.400
|
13.600
|
68
|
680
|
32
|
320
|
Semivariabel. Pada tabel 9-3 terlhat jumalah BOP Variabel
per unit (botol) sebesar Rp 68, sedangkan jumlah BOP Variabel per jam sebesar
Rp 680.
Dengan demikian
BOP Variabel Standar per botol kecap memerlukan waktu = Rp 68 / Rp 680 = 0,1 jam
Pada tabel 9-3
terlihat jumlah BOP Tetap Standar per unit sebesar Rp 32 dan jumlah BOP Tetap
per jam sebesar Rp 320.
Dengan demikian
BOP Tetap per botol kecap memerlukan waktu
= Rp 32/ Rp 320 = 0,1 Jam
Dari perhitungan
tersebut diatas , dapat dibuat biaya overhead pabrik standar perbotol kecap
sebagai berikut
BOP Varibel 0,1 jam
@Rp 680 = Rp 68
BOP Tetap 0,1 jam @Rp 320 = Rp 32
+
BOP per botol kecap =
Rp 100
Bila
kita gabungkan biaya bahan baku standar per unit produk dengan biaya tenaga
kerja langsung standar per unit produk dan biaya overhead pabrik standar per
unit produk, maka dapatlah disusun harga pokok standar per botol produk jadi
berupa kecap seperti tabel 9-4.
Perusahaan Kecap Asli
Harga Pokok Standar per botol Kecap
Sedang
Tahun berakhir 31 Desember 2016
Unsur Harga Pokok Produk Penghargapokokan
Penuh Perhargapokokan
Variabel
BBB
Kedelai 2 ons @ Rp 100 Rp 200 Rp 200
Gula
Merah 0,5 ons @ Rp 240 Rp
120 + Rp 120 +
Rp
320 Rp
320
BTKL 0,1
jam @ Rp 500 Rp
50 Rp
50
BOP
Variable 0,1 jam @ Rp 680 Rp
68 Rp
68
BOP
Tetap 0,1 jam @ Rp 320 Rp
32 0
Harga
Pokok Standar per botol Kecap Rp
470 Rp
438
Pada
Tabel 9-4 tampak harga pokok standar per unit produk dalam hal ini harga Pokok
standar per botol Kecap sedang dengan metode penghargapokokan penuh (full
costing) RP 470 dan dengan metode penghargapokokan variabel (variable costing)
Rp 438. Anggaran tetap mcnggunakan metode penghargapokokan penuh. Anggaran
tetap berupa anggaran jangka panjang yang dljelaskan pada bab l4 dan anggaran
jangka pendek yang dijelaskan pada Bab 15 mcnggunakan metode penghargapokokan
penuh. Beda metode penghargapokokan pcnuh dcngan mctode penghargapokokan
variabel dijelaskan pada Bab 16.
Dengan
dibuatnya harga pokok standar per botol kecap sedang, maka dapat ditentukan
harga jual per botol Kecap sedang. Misalnya perusahaan menetapkan margin
kontribusi per botol kecap Rp 262, bcrarti harga jual per botol kecap sedang
sebesar Rp 262 + Rp 438 = Rp 700. Dengan demikian margin kontribusi yang
diinginkan oleh perusahaan sebesar 262 : 700 = 37%.
Bila
harga jual per botol Rp 700, bcrarti kenaikan 59,82% dari harga pokok variabel per botol kecap.
Harga
pokok variabel per botol kecap = Rp 438
Kenaikan 59,82% x Rp 438 = Rp 262
Harga
jual per botol kecap = 700
2.3 Penyusunan Anggaran Beban Usaha
Beban usaha (operating expenses) adalah beban kegiatan
pokok perusahaan yang tidak terjadi di pabrik, selain harga pokok jualan (cost
of sales). Beban usaha terdiri dari: beban penjualan, beban administrasi dan umum.
Beban penjualan adalah beban yang terjadi untuk
kepentingan penjualan produk
utama. Beban penjualan ada yang bersifat tetap, tetapi ada juga yang bersifat variabel:
utama. Beban penjualan ada yang bersifat tetap, tetapi ada juga yang bersifat variabel:
Beban penjualan variabel contohnya beban komisi
penjualan, beban penghapusan piutang, dan beban pernik penjualan. Beban
penjualan variabel besar kecilnya dipengaruhi oleh kegiatan penjualan. Semakin
banyak barang yang dijual semakin besar beban penjualan variabel. Sebaliknya
semakin sedikit barang yang dijual semakin kecil beban penjualan variabel.
Sedangkan beban penjualan tetap, contohnya beban depresiasi alat penjualan,
beban penghapusan piutang, beban gaji pegawai tetap bagian penjualan dan
lain-lain. Beban penjualan semi variabel, seperti: beban promosi penjualan, dan
lain-lain.
Beban administrasi dan umum adalah beban yang umumnya
terjadi pada bagian personalia, bagian keuangan, dan bagian umum, seperti:
beban gaji pemimpin dan staf, beban depresiasi peralatan kantor, beban pernik
kantor, beban pemeliharaan kantor, dan beban umum lainnya. Beban administrasi dan umum
biasanya bersifat tetap.
2.3.1 Ilustrasi Penyusunan Anggaran Beban Usaha
Sebagai ilustrasi misalkan Perusahaan Kecap Asli akan
menyusun anggaran beban usaha selama
tahun 2016 dengan data sebagai berikut:
a. Mempunyai aset tetap
yang terdiri atas: bagian penjualan senilai Rp 100.000 dan bagian umum senilai
Rp 50.000. Aset tetap disusut dengan metode garis lurus 12% setahun atau 3%
tiap triwulan.
b. Jualan direncanakan
triwulan: I Rp 24.400, II Rp 25.500, III Rp 26.750, dan IV Rp 26.950.
c. Komisi penjualan 5%
dari penjualan dan penghapusan piutang ditaksir 2% dari jualan.
d. Gaji penjualan dan
pemeliharaan alat penjualan tiap triwulan masing-masing Rp 1.
000 dan Rp 700.
e. Pernik (supplies)
penjualan ditaksir triwulan: I Rp 200, II Rp 210, III Rp 250, dan
IV Rp 250.
IV Rp 250.
f. Beban turun harga
triwulan I dan II masing-masing 19% dari jualan, triwulan III dan IV
masing-masing 2% dari jualan.
g. Beban penjualan lainnya
pada triwulan I dan II masing-masing Rp 150, triwulan III dan
IV masingmasing Rp 200.
h. Beban administrasi
ditaksir tiap triwulan terdiri atas: gaji pemimpin dan staf kantor
Rp 300, asuransi alat kantor Rp 100, pernik kantor Rp 50, pemeliharaan kantor
Rp 125, dan lainnya Rp 75.
Dari data tersebut disusunlah anggaran beban usaha
seperti Tabel 9-5. Pada Tabel 9-5 triwulan I komisi penjualan sebesar Rp 1.220
dengan perhitungan komisi penjualan tiap triwulan 5% dari jualan pada triwulan bersangkutan,
yaitu 5% x Rp 24.400 = Rp 1.220.
Perusahaan
Kecap Asli
Anggaran
Beban Usaha
Tiap Triwulan pada Tahun 2016
(dalam Rp)
Unsur Beban Usaha
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
Setahun
|
1. Beban penjualan
|
|
|
|
|
|
Komisi penjualan
|
1.220
|
1.275
|
1.338
|
1.338
|
5.171
|
Penghapusan piutang
|
488
|
510
|
535
|
539
|
2.072
|
Gaji penjualan
|
1.000
|
1.000
|
1.000
|
1.000
|
4.000
|
Pemeliharaan alat
|
700
|
700
|
700
|
700
|
2.800
|
Depresiasi alat
|
3.000
|
3.000
|
3.000
|
3.000
|
12.000
|
Turun haga
|
244
|
255
|
535
|
539
|
1.573
|
Pernik Penjualan
|
200
|
210
|
250
|
250
|
910
|
Lainnya
|
150
|
150
|
200
|
200
|
700
|
Jumlah 1
|
7.002
|
7.100
|
7.558
|
7.566
|
29.226
|
2. Beban administrasi
|
|
|
|
|
|
Gaji Pemimpin/staf
|
300
|
300
|
300
|
300
|
1.200
|
Depresiasi alat
|
1.500
|
1.500
|
1.500
|
1.500
|
6.000
|
Asuransi alat
|
100
|
100
|
100
|
100
|
400
|
Pernik kantor
|
50
|
50
|
50
|
50
|
200
|
Pemeliharaan alat
|
125
|
125
|
125
|
125
|
500
|
Lainnya
|
75
|
75
|
75
|
75
|
300
|
Jumlah 2
|
2.150
|
2.150
|
2.150
|
2.150
|
8.600
|
3. Beban usaha (1 + 2)
|
9.152
|
9.250
|
9.708
|
9.716
|
37.826
|
Perhitungan
beban penghapusan piutang tiap triwulan 2% dari jualan pada. triwulan
bersangkutan, misalnya pada triwulan I = 2% x Rp 24.400 = Rp 488. Perhitungan
beban depresiasi alat penjualan tiap triwulanu = 3% x Rp 100. 000 = Rp 3. 000.
Perhitungan beban turun harga pada triwulan I 1% x Rp 24.400 = Rp 244 Triwulan
II = 1% x Rp 25 500 = Rp 255. Triwulan III = 2% X Rp 26 750 = Rp 535. Triwulan IV = 2% X Rp
26.950 = Rp 539. Perhitungan depresiasi alat kantor tiap triwulan = 3% x Rp
50.000 = Rp 1.500.
2.3.2 Menyusun Anggaran Laba Rugi
Bagian Tiga ini merupakan penyusunan anggaran
operasional, yang terdiri atas 4 bab, yaitu: Bab 6 Penyusunan Anggaran Jualan,
Bab 7 Penyusunan Anggaran Produk, Bab 8 Penyusunan Anggaran Bahan Baku, dan Bab
9 Penyusunan Anggaran Biaya Konversi dan Beban Usaha. Seperti telah dijelaskan
pada Bab 2 bahwa penyusunan anggaran induk terdiri atas anggaran operasional
dan anggaran keuangan. Anggaran operasional disusun untuk menyusun anggaran
laba rugi, sedangkan anggaran keuangan disusun untuk menyusun anggaran neraca.
Bab 9 ini merupakan bab terakhir dari Bagian Tiga tentang Penyusunan Anggaran
Operasional, yang menjelaskan penyusunan anggaran laba rugi.
Sebagai ilustrasi penyusunan anggaran laba rugi
digunakan data dari Perusahaan Kecap Asli pada tahun 2016 sebagai berikut:
1. Sediaan produk dalam
proses (PDP) awaal 10 botol dengan tingkat penyelesaian BBB 80%, BTKL 30%, dan
BOP 40%.
2. Anggaran sediaan produk
dalam proses (PDP) akhir sebanyak 18 botol dengan tingkat penyelesaian BBB
100%, BTKL 50% dan BOP 50%.
3. Produk terjual
dianggarkan tahun ini 148 botol dengan harga jual per botol Rp 700 = Rp
103.600. Sediaan produk jadi awal 15 botol.
4. Anggaran produk jadi
periode ini 182 botol.
5. Harga pokok standar
produk kecap per botol seperti terdapat pada Tabel 9-4.
6. Beban usaha dianggarkan
setahun Rp 37.826 terdiri atas beban usaha tetap Rp 28.100 dan beban usaha
variabel Rp 9.726.
Berdasarkan
data tersebut dibuat beberapa perhitungan untuk menyusun anggaran laba rugi.
Langkah pertama,
menghitung sediaan produk jadi akhir sebagai berikut.
Jualan 148 botol
Jualan 148 botol
Sediaan
produk jadi akhir ?
botol +
Produk
siap dijual 197
botol
Sediaan
produk jadi awal 15
botol -
Produk
jadi 182
botol
Sediaan produk dalam
proses (PDP) akhir 18
botol +
Produk
dihasilkan/produk diproses 200
botol
Sediaan produk dalam
proses (PDP) awal 10
botol +
Produk masuk produksi
periode ini 190
botol
Tampak pada
perhitungan tersebut sediaan produk jadi akhir belum diketahui. Sediaan produk
jadi dapat diketahui sebanyak 49 botol dengan cara mengurangi produk siap
dijual 197 botol dengan jualan 148 botol.
Langkah kedua, menghitung unit ekuivalen
produk dengan metode masuk pertama keluar
pertama (MPKP) sebagai berikut:
Produk jadi +
Ekuivalen PDP Akhir - Ekuivalen PDP Awal
BBB = 182 + (18 x 100%) - (10 x 80%) = 192 botol
BTKL = 182 + (18 x
50%) - (10 x 30%) = 188 botol
BOP = 182 + (18 x 50%) - (10 x 40%)
= 187 botol
Langkah ketiga, menghitung unit ekuivalen produk dengan metode masuk
pertama kedua pertama (MPKP) sebagai berikut:
Produk jadi +
Ekuivalen PDP Akhir – Ekuivalen PDP Awal
BBB = 192 botol + Rp 320 = Rp 61.440
BTKL = 188 botol + Rp 50 = Rp 9.400
BOPV = 187 botol + Rp
68 = Rp 12.716
Biaya pabrik variabel
= Rp 83.556
Langkah keempat, menghitung sediaan dengan metode pengharga-pokokan penuh
(PP) dan penghargapokokan variabel (PV) sebagai berikut.
Sediaan produk jadi
awal
PP = 15 botol x Rp
470 = Rp 7.050
PV = 15 botol x Rp
438 = Rp 6.570
Sediaan produk jadi
akhir
PP = 49 botol x Rp
470 = Rp 23.030
PV = 49 botol x Rp
438 = Rp 21.462
Sediaan produk dalam
proses awal
PP PV
BBB = 10 x 80% x Rp 320 = Rp 2.560 Rp
2.560
BTKL = 10 x 30% x Rp 50 = Rp
150 RP
150
BOPV = 10 x 40% x Rp 68 = Rp
272 Rp
272
BOPT = 10 x 40% x Rp 32 = Rp
128 Rp –
Rp 3.110 Rp
2.982
Sediaan
produk dalam proses akhir
PP PV
BBB = 18 x 100% x Rp 320 = Rp 5.760 Rp 5.760
BTK = 18 x 50% x RP 50 = Rp 450 RP 450
BOPV = 18 x 50% x Rp 68 = Rp 612 Rp
612
BOPT = 18 x 50% x Rp 32 = RP 288 Rp –
Rp 7.110 Rp 6.822
Langkah kelima,
menyusun anggaran laba rugi seperi Tabel 9-6.
Perusahaan
Kecap Asli
Anggaran Laba Rugi
Tahun Berakhir 31 Desember 2016
Keterangan
|
Penghargapokokan
|
|
Penuh
|
Variable
|
|
|
Rp 103.600
|
Rp 103.600
|
|
Rp 83.556
Rp 6.400
|
Rp 83.556
-
-
Rp 2.982
|
|
||
|
Rp 89.956
Rp 3.110
|
|
|
||
|
Rp 93.006
Rp 7.110
|
Rp 86.538
Rp 6.822
|
|
||
|
Rp 85.956
Rp 7.050
|
Rp 79.716
Rp 6.570
|
|
||
|
Rp 93.006
Rp 23.030
|
Rp 86.286
Rp 21.462
|
|
||
|
Rp 69.976
|
Rp 64.824
|
|
Rp 33.624
Rp 9.726
-
Rp 28.100
-
-
|
Rp 38.776
Rp 9.726
|
|
||
|
Rp 29.050
|
|
|
Rp 28.100
Rp 6.400
|
|
|
||
|
Rp 34.500
|
|
|
(Rp 4.202)
|
(Rp 5.450)
|
Tampak pada Tabel 9-6 terdapat selisih rugi Rp 1.248,
yaitu Rp 4.202 – Rp 5.450. Penyebab selisih rugi Rp 1.248 tersebut adalah
selisish sediaan antara metode penghargapokokan penuh dan metode
penghargapokokan variabel dengan perhitungan sebagai berikut.
Sediaan
metode penghargapokokan penuh:
Sediaan
produk dalam proses awal Rp 3.110
Sediaan
produk jadi awal Rp 7.050
Sediaan
awal Rp
10.160
Sediaan produk dalam transaksi Rp 7.110
Sediaan produk jadi akhir Rp 23.030
Sediaan akhir Rp
30.140
Selisih sediaan penghargapokokan
penuh Rp
19.980
Sediaan metode
penghargapokokan variabel:
Sediaan produk dalam proses awal Rp 2.982
Sediaan produk jadi awal Rp 6.570
Sediaan
awal Rp
9.552
Sediaan produk dalam transaksi Rp 6.822
Sediaan produk jadi akhirr Rp 21.462
Sediaan akhir Rp
28.284
Selisih sediaan penghargapokokan
variabel Rp
18.732
Selisih sediaan Rp
1.248
Anggaran laba rugi
metode penghargapokokan variabel seperti tampak pada Tabel 9-6 dapat dibuat
dalam bentuk singkat sperti Tabel 9-7
Perusahaan Kecap
Asli
Anggaran Laba Rugi
Tahun Berakhir 31
Desember 2016
Jualan 148 botol Rp 700 =
Rp 103.600
Biaya Variabel 140 botol x Rp ? = Rp ?
Margin Kontribusi =
Rp 29.050
Biaya Tetap =
Rp 34.500
Rugi =
Rp 5.450
Pada Tabel 9-7 tampak jumlah biaya variabel dan biaya
variabel perbotol belum diketahui. Jumlah biaya variabel Rp 74.550 dapat
diketahui dengan cara jualan Rp 103.600 dikurangi margin kontribusi RP 29.050
dengan demikian biaya variabel perbotol = Rp 74.550 : 148 botol = Rp 503,71622.
Biaya
Variabel perbotol dapat juga dihitung sebagai berikut.
Harga pokok per botol (Tabel 9-4) = Rp 438,00000
Beban Usaha Variabel Rp 9.726 : 148 botol = Rp 65,71622 +
Biaya Variabel perbotol =
Rp 503,71622
Anggaran laba rugi dapat dilengkapi dengan anggaran biaya
produksi untuk penghargapokokan penuh (PP) dan penghargapokokan variabel (PV)
seperti Tabel 9-8.
Pada
Tabel 9-8 tampak biaya penyelesaian produk dalam proses awal 10 botol sebesar
RP 1.590 untuk metode penghargapokokan penuh (PP) dan sebesar RP 1.398 untuk
penghargapokokan variabel (PV) dengan perhitungan sebagai berikut.
Perusahaan
Kecap Asli
Anggaran Biaya Produksi
Tahun Berakhir 31 Desember 2016
I.Data Produksi
Sediaan produk dalam proses awal 10 botol
Produk
masuk produk periode ini 190
botol
Produk
diproses 200
botol
Produk
jadi 182
botol
Sediaan
produk dalam proses akhir 18 botol
Produk
dihasilkan 200
botol
II.Biaya
produksi dibebankan
Biaya
|
Unit Ekuivalen / Kapasitas Normal
|
Biaya Pabrik
|
Harga Pokok per Botol
|
||
PP
|
PV
|
PP
|
PV
|
||
BBB
|
192 Botol
|
Rp 61.440
|
Rp 61.440
|
Rp 320
|
Rp 320
|
BTKL
|
188 Botol
|
Rp 9.400
|
Rp 9.400
|
Rp 50
|
Rp 50
|
BOPV
|
187 Botol
|
Rp 12.716
|
Rp 12.716
|
Rp 68
|
Rp 68
|
BOPT
|
200 Botol
|
Rp 6.400
|
-
|
Rp 32
|
-
|
Jumlah Biaya Pabrik
Sediaan
Produk dalam proses awal
Biaya
Produksi
|
Rp 89.956
|
Rp 83.556
|
Rp 470
|
Rp 438
|
|
Rp 3.110
|
Rp 2.982
|
||||
Rp 93.066
|
Rp 86.538
|
III.
Biaya Produksi di Perhitungkan
PP PV
Sediaan
Produk dalam Proses Awal 10 Botol Rp
3.110 Rp 2.982
Biaya
Penyelesaian Produk dalam Proses Awal Rp
1.590 Rp 1.389
Harga
Pokok Produk Jadi 10
Botol Rp 4.700 Rp
4.380
Harga
Pokok Produk jadi 172
Botol Rp 81.256 Rp
75.336
Harga
Pokok Produk jadi 182
Botol Rp 85.956 Rp
79.716
Sediaan
Produk dalam Proses Akhir Rp
7.110 Rp 6.822
Biaya
Produksi Rp
93.066 Rp 86.538
PP PV
BBB 20% x 10 botol x Rp 320 Rp 640 Rp
640
BTKL 70% x 10 botolx Rp 50 Rp
350 Rp
350
BOPV 60% x 10 botol x Rp 68 Rp 408 Rp 408
BOPT 60% x 10
botol x Rp 32 RP 192 0
Rp 1.590 Rp
1.398
Harga pokok produk jadi 172 botol metode penghargapokokan
variabel (PV) sebesar RP 75.336 dan metode penghargapokokan penuh (PP) sebesar
Rp 81.256 dihitung sebagai berikut.
Kapasitas normal =
200 botol
Unit ekuivalen sediaan produk dalam proses
Akhir = 18 botol
x 50% = 9 botol
Awal = 10 botol
x 40% = 4 botol
= 5 botol
= 5 botol
= 195 botol
Sediaan produk dalam proses awal =
10 botol
=
185 botol
Tarif biaya overhead pabrik tetap (BOPT) = Rp
32 x
= Rp 5.920
Harga pokok produk jadi metode PV = 172 botol x Rp 438 = 75.336
Harga pokok jadi metode PP = 172 botol =
81.256
Mengenai
penyusunan anggaran laba rugi dan anggaran biaya produksi dengan metode
penghargapokokan penuh dan penghargapokokan variabel dijelaskan lebih lanjut di
bab 16.
BAB III
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Tenaga kerja langsung adalah
tenaga manusia yang langsung bekerja mengolah Prod ‘ Biaya tenaga kerja
langsung adalah upah yang harus dibayar untuk tenaga kerja langsung. Upah untuk
tenaga kerja langsung biasanya menggunakan sistem upah per unit Prod yang dihasilkan
atau Sistem upah per jam kerja langsung. Untuk memperoleh biaya tenaga kerja
langsung yang dianggarkan adalah jam kerja standar tenaga kerja langsung
terpakai (JKSt) dikali tarif upah standar tenaga kerja langsung (TUSt). Jam
kerja standar tenaga kerja
langsung terpakai (JKSt) adalah unit ekuivalen produk (P) dikali Jam standar tenaga kerja langsung (ISTKL).
langsung terpakai (JKSt) adalah unit ekuivalen produk (P) dikali Jam standar tenaga kerja langsung (ISTKL).
Dengan adanya anggaran biaya tenaga kerja langsung
dapat disiapkan kas “untuk pembayarannya, sehingga dapat memperlancar produksi.
Anggaran biaya tenaga kerja langsung besar kecilnya
dipengaruhi oleh produk ' dianggarkan, jam kerja standar tenaga kerja langsung,
dan tarif upah standar tenaga kerja langsung.
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya yang terjadi
di pabrik, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Bila ingin
menyusun anggaran laba rugi metode penghargapokokan variabel (variable costing)
maka biaya overhead pabrik dipisahkan menjadi BOP variabel dan BOP tetap,
tetapi bila ingin menyusun anggaran laba rugi metode penghargapokokan penuh BOP
tidak perlu dipisahkan menjadi dua, terkecuali untuk kepentingan pembedaan
anggaran laba rugi antara metode penghargapokokan variabel dengan metode
pengharga-pokokan penuh.
Beban penjualan merupakan salah satu unsur beban
usaha, beban penjualan meliputi: ' beban komisi penjualan, beban promosi, beban
distribusi, beban penghapusan piutang usaha, beban turun harga, tetapi tidak
termasuk harga pokok barang terjual.
.DAFTAR
PUSTAKA
Penganggaran
Perusahaan/Nafarin M. Edisi Ketiga – Jakarta: Salemba Empat,
2007