ADANYA PERSEDIAAN BARANG DALAM PROSES AWAL
Dalam pertemuan sebelumnya telah dibicarakan penggunaan metode harga pokok
proses pada perusahaan manufaktur atau pabrik, dengan anggapan bahwa perusahaan
dalam keadaan baru mulai berproduksi pada awal periode atau periode berjalan.
Oleh karena itu tidak ada sediaan barang dalam proses awal periode (Beginnning
Work in Process).
Dengan berproduksinya suatu pabrik secara berkelanjutan dari suatu periode
ke periode berikutnya melalui departemen-departemen produksi, biasanya terdapat
unit yang belum selesai atau masih dalam proses pada akhir periode. Unit yang
masih dalam proses periode ini secara otomatis akan menjadi unit dalam proses
pada awal periode berikutnya. Contoh : Sediaan barang dalam proses akhir
Januari akan menjadi sediaan barang dalam proses awal Februari.
Dengan adanya sediaan barang dalam proses awal periode, maka
terdapat 2 ( dua ) metode
penentuan harga pokok :
- Metode rata-rata tertimbang ( weighted average method)
- Metode masuk pertama keluar pertama ( FIFO Method )
a. Weighted-Average Method
Dalam metode ini yang harus diketahui untuk pembuatan Production
Cost report adalah :
- Tingkat penyelesaian ( % penyelesaian ) BDP awal tidak perlu diperhatikan
- Informasi rincian biaya yang telah diserap BDP awal harus diperoleh.
- Setiap elemen biaya dari BDP awal ditambahkan dengan jenis biaya yang sama dari periode sekarang.
- Harga pokok atau biaya per unit merupakan hasil bagi dari total biaya setiap elemen biaya dibagi dengan unit ekuivalennya.
Tahap-tahap penyusunan Production
Cost report adalah:
a. Skedul kuantitas , yaitu jumlah unit yang masuk proses,
unit yang selesai , dan unit yang masih dalam proses.
b. Pembebanan biaya, berisi informasi total biaya produksi
dan biaya per unit untuk masing-masing jenis biaya produksi (bahan baku, tenaga
kerja, dan BOP)
c. Perhitungan biaya yang menyangkut pertanggungjawaban
biaya yang telah dikeluarkan dan dibebankan serta distribusi pada sediaan
barang jadi dan sediaan Barang Dalam Proses.
Dalam menghitung biaya produksi per
unit harus diketahui dan dihitung terlebih dahulu unit ekuivalen. Untuk metode
rata-rata tertimbang maka menghitung unit ekuivalen dengan rumus:
Untuk menghitung biaya per unit
dibutuhkan unit ekuivalen. Unit
ekuivalen menunjukkan unit produk jadi dan
unit yang masih dalam proses ( yang dinyatakan dalam satuan unit produk jadi). Rumus dasar unit ekuivalen
adalah sbb :
Unit Ekuivalen =
unit selesai + (unit dalam proses akhir x persentase penyelesaian)
|
b.
FIFO Method ( Metode MPKP)
Karakteristik
metode MPKP (FIFO) :
- Tingkat penyelesaian BDP awal harus diperhatikan karena akan diperhitungkan dalam unit ekuivalen.
Rumus Unit Ekuivalen nya :
Produk
Selesai + BDP akhir (%penyelesaian) – BDP awal (%penyelesaian)
|
- Tidak perlu rincian biaya yang diserap oleh BDP awal
Contoh 1 :
PT. Nadia
memiliki 2 departemen produksi yaitu departemen I dan departemen II. Perusahaan
ini menggunakan sistem harga pokok proses untuk menghitung biaya produknya.
Berikut data produksi PT. Nadia selama bulan Januari 2012 :
Keterangan
|
Departemen
I
|
Departemen
II
|
BDP awal
Biaya dari BDP
awal :
Masuk proses
Selesai
Hilang
BDP akhir
Biaya bulan
Januari :
Ø BBB
Ø BTKL
Ø BOP
Tingkat
Penyelesaian :
BDP awal :
v BBB
v Dari
departemen I
v Biaya
Konversi
BDP Akhir :
v BBB
v Dari
Dept. I
v Biaya
Konversi
|
10.000 unit
Rp 150.000
143.000
172.000
-
85.000 unit
80.000
5.000 (awal)
???
Rp 2.750.000
3.150.000
2.900.000
60 %
-
30 %
100 %
-
45 %
|
15.000 unit
-
Rp 125.000
140.000
450.000
???? unit
90.000
1.000 (akhir)
4.000 unit
Rp -
4.260.000
3.840.000
-
100 %
40%
-
100 %
40 %
|
Diminta :
Buat Production Cost Report untuk departemen I dan departemen II dengan
metode rata-rata tertimbang. !
Jawab :
Laporan Harga
Pokok Produksi
Departemen I
Bulan Januari 2012
Skedul Kuantitas
Input :
BDP awal 10.000
unit
Masuk proses 85.000
----------
+ 95.000
unit
Output :
Selesai&
ditransfer ke dept. II 80.000 unit
BDP akhir 10.000
Hilang
(awal) 5.000
----------+ 95.000 unit
- Pembebanan Biaya
Elemen
|
Total Biaya
|
Unit Ekuivalen
|
Biaya per unit
|
BBB
BTKL
BOP
|
150.000 + 2.750.000 = Rp 2.900.000
143.000 + 3.150.000 = Rp 3.293.000
172.000 + 2.900.000 = Rp 3.072.000
|
90.000
84.500
84.500
|
Rp 32,22
38,97
36,36
|
Total Rp 9.265.000
|
Rp107,55
|
- Perhitungan Biaya
Produk
selesai , ditransfer ke dept. II :
80.000 x
Rp 107,55 = * Rp 8.603.815
BDP akhir
(10.000 unit) :
BBB : (10.000 x 100%) x Rp 32,22 = Rp 322.200
BTKL : (10.000 x 45 %) x Rp 38,97 =
175.365
BOP :
(10.000 x 45 %) x Rp 36,36 = 163.620
-------------- +
661.185
----------------+
Total HP.
Produksi di Departemen I Rp 9.265.000
* Ada
selisih Rp 185 karena pembulatan, seharusnya Rp 8.604.000
- Keterangan
Unit
Ekuivalen :
BBB = 80.000 + (10.000 x
100 %) = 90.000
BTKL dan
BOP = 80.000 + (10.000 x 45
%) = 84.500
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen II
Bulan Januari 2012
- Skedul Kuantitas
Input :
BDP awal 15.000
unit
Dari departemen I 80.000
-------------
+ 95.000
unit
Output :
Selesai &
ditransfer ke gudang 90.000
BDP akhir 4.000
Hilang (akhir) 1.000
-------------
+ 95.000
unit
- Pembebanan Biaya
Elemen Biaya
|
Total Biaya
|
Unit Ekuivalen
|
Biaya Per Unit
|
Dari Dept. I
BTKL
BOP
|
450.000 + 8.603.815 = 9.053.815
125.000 + 4.260.000 = 4.385.000
140.000 + 3.840.000 = 3.980.000
|
95.000
92.600
92.600
|
Rp 95,30
47,35
42,98
|
Total Rp 17.418.815
|
Rp 185,63 |
- Perhitungan Biaya
Produk selesai
:
90.000 x Rp 185,63 = *Rp 16.707.457
Hilang
akhir : 1.000 x Rp 185,63 = 185.630
Harga
Pokok Produk selesai ditransfer ke gudang Rp 16.893.087
BDP akhir
( 4.000 unit) :
Dari
Dept. I = 4.000 (100%) x Rp 95,30 = Rp
381.200
BTKL
= 4.000 (40%) x Rp 47,35 = 75.760
BOP
= 4.000 (40%) x Rp 42,98 =
68.768
----------------+
525.728
------------------
Total HP.
Produksi di Departemen II Rp 17.418.815
- Keterangan
Unit
ekuivalen :
Dari
Dept. I = 90.000 + 4000
(100%) + 1.000 = 95.000 unit
Biaya
Konversi = 90.000 + 4.000 (40%)
+ 1.000 = 92.600
* Ada selisih Rp 700
karena pembulatan
Contoh 2.
Menggunakan contoh 1. Tapi dikerjakan dengan metode FIFO
.
Laporan Harga Pokok Produksi
Departemen I
Bulan Januari 2007
§ Skedul Kuantitas
Input :
BDP awal 10.000
unit
Masuk proses 85.000
----------
+ 95.000
unit
Output :
Selesai&
ditransfer ke dept. II 80.000
unit
BDP akhir 10.000
Hilang
(awal) 5.000
----------+ 95.000 unit
- Pembebanan Biaya
Elemen Biaya
|
Total Biaya
|
Unit Ekuivalen
|
Biaya Per Unit
|
BDP awal
Bulan ini :
BBB
BTKL
BOP
|
Rp 465.000
2.750.000
3.150.000
2.900.000
|
--
84.000
81.500
81.500
|
Rp 32,74
38,65
35,58
|
Rp 9.265.000
|
Rp 106,97 |
- Perhitungan Biaya
BDP awal
(10.000 unit) :
Dari periode lalu
Rp 465.000
Ditambahkan
periode ini :
BBB = 10.000 (40%) x Rp 32,74 130.960
BTKL = 10.000 (70%) x 38,65 270.550
BOP = 10.000 (70%) x 35,58 249.060
------------------+
Rp 1.115.570
Produk
selesai bulan ini (70.000 unit):
70.000 x Rp
106,97 * Rp
7.487.995
BDP Akhir
(10.000 unit) :
BBB = 10.000 (100%) x Rp 32,74= Rp 327.400
BTKL = 10.000 (45%) x Rp 38,65 =
173.925
BOP = 10.000 (45%) x 35,58 = 160.110
--------------+ Rp 661.435
-------------------+
Total HP Produksi di Departemen I Rp 9.265.000
- Keterangan
Unit Ekuivalen :
BBB =
80.000 + 10.000 (100%) – 10.000 (60%) =
84.000 unit
Biaya Konversi =
80.000 + 10.000 (45%) – 10.000(30%) =
81.500
*
Ada selisih Rp 95 karena pembulatan
Perbandingan Antara Metode Rata-rata Tertimbang
Dengan MPKP
q Perbedaan
kunci antara metode rata-rata & MPKP adalah pada penanganan unit-unit
sediaan barang dalam proses awal.
Metode MPKP : memisahkan unit sediaan BDP awal dari unit yang masuk
proses dan selesai dalam periode berjalan.
Metode Rata-rata Tertimbang : tidak membedakan perlakuan
terhadap unit sediaan BDP awal.
q Metode
MPKP memisahkan biaya
yang melekat pada sediaan BDP awal dari biaya pada periode berjalan.
Metode Rata-rata : menggunakan biaya per unit rata-rata.
q Metode
Rata-rata lebih mudah perhitungannya. Metode ini paling sesuai digunakan jika
harga bahan langsung, biaya konversi, dan tingkat sediaan stabil.
q Metode
MPKP : sesuia digunakan jika harga bahan langsung, biaya konversi, atau tingkat
sediaan berfluktuasi.
q Banyak
perusahaan lebih menyukai metode MPKP dibanding metode rata-rata untuk tujuan
pengendalian biaya dan evaluasi kinerja karena biaya per unit ekuivalen dengan
metode MPKP hanya menyajikan biaya untuk periode berjalan.
q Dengan
metode rata-rata tertimbang, biaya pada periode sebelumnya dan periode berjalan
dicampur, dan penyimpangan kinerja dalam periode berjalan mungkin saja
tersembunyi karena adanya variasi biaya per unit antar periode.
PRODUK RUSAK DAN CACAT DALAM SISTEM
HARGA POKOK PROSES
Produk rusak (spoilage) merupakan unit yang tidak dapat diterima
sehingga harus dibuang atau dijual dengan nilai yang lebih rendah. Produk cacat
(rework) adalah unit yang perlu diperbaiki secara ekonomi, sehingga
produk tersebut dapat dijual melalui saluran reguler. Sisa Bahan (Scrap)
merupakan bagian dari produk yang tidak memiliki nilai atau jika memiliki,
nilainya sangat kecil.
Produk Rusak
Ada dua jenis produk rusak : produk
rusak normal dan produk rusak tidak normal. Produk rusak normal terjadi dalam
kondisi operasi yang efisien dan tidak dapat dikendalikan dalam jangka pendek
dan diperhitungkan sebagai bagian dari biaya produk. Sedangkan produk rusak
tidak normal menyebabkan kerugian melebihi atau di atas perkiraan dalam kondisi
operasi yang efisien dan dibebankan sebagai kerugian dalam periode berjalan.
Biasanya produk rusak ditemukan pada
akhir proses dengan demikian ia telah menyerap biaya produksi sehingga harus
dimasukkan dalam perhitungan unit ekuivalen.
Produk Cacat
Sebagaimana diketahui, produk
cacat adalah produk yang tidak sesuai
standar dan masih dapat diperbaiki. Maka membutuhkan biaya perbaikan., dapat
berupa biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Persoalannya
adalah perlakuan atas biaya perbaikan tersebut.
Produk cacat dapat bersifat normal
ataupun tidak normal. Perlakuan atas
biaya tambahan adalah sebagai berikut :
v Jika
cacat normal : biaya perbaikan akan menambah biaya produksi.
v Jika
cacat tidak normal : biaya perbaikan diperlakukan sebagai rugi produk cacat.
Biaya produksi tidak bertambah.
Produk cacat
masuk dalam perhitungan unit ekuivalen.
Daftar Pustaka
Abdul Halim, Akuntansi Manajemen, BPFE UGM, 2000
Carter K William, Cost
Accounting, Thomson, 14th edition, 2006
Carter K William and
Milton F Usry, Cost Accounting, Salemba Empat, Edisi13,2006
Garrison and Nooreen, Managerial Accounting, 14th edition, 2006
Hansen,
Don R., Maryanne M. Mowen, Management Accounting, ed 7, Thomson
South-Western,2005
Horngren,
Charles T., Srikant M. Datar, and George Foster, Cost Accounting : A Managerial
Emphasis, 12 th ed, Prentice Hall International Inc, 2006
Mulyadi, Akuntansi Biaya, BPFE UGM, 2005.Yogyakarta
Supriyono, Akuntansi Biaya, BPFE UGM, 2000,Yogyakarta
Supriyono, Akuntansi Manajemen, jilid 1, 2, 3, BPFE UGM, 2000.Yogyakarta