Minggu, 20 Oktober 2019

PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA KONVERSI dan ANGGARAN BEBAN USAHA


PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA KONVERSI dan ANGGARAN BEBAN USAHA



Dosen Pengampu :
Wieta Chairunesia, SE., M.Ak

Disusun Oleh :
Nabila Syifa Yansa                 (33217010005)
Farilla Eka Suci                       (33217010007)
Ria Sumarjani                          (33216010008)


FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI D3
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2019

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 3
BAB 1 Pendahuluan.............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................. 4
BAB II Isi................................................................................................................................ 5
2.1 Penyusunan Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung...................................................... 5
2.1.1 Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar per Unit Produk........................................ 6
2.1.2 Jam Kerja Standar Tenaga Kerja Langsung Terpakai.............................................. 6
2.1.3 Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung................................................................ 7
2.2 Penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik................................................................. 9
       2.2.1 Ilustrasi Penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik......................................... 10
2.3 Penyusunan Anggaran Beban Usaha................................................................................. 13
2.3.1 Ilustrasi Penyusunan Anggaran Beban Usaha......................................................... 15
2.3.2 Menyusun Anggaran Laba Rugi.............................................................................. 15
BAB III Penutup.................................................................................................................... 24
Kesimpulan.............................................................................................................................. 24
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 25



                                                                                                                                       

Kata Pengantar
          Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT., karena atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok ini tepat pada waktunya.

Kami diberikan tugas untuk membuat makalah dengan judul “PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA KONVERSI dan ANGGARAN BEBAN USAHA”

            Banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam membuat tugas ini tetapi dengan semangat, kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak yang membantu terutama kepada dosen pengampu Bahasa Indonesia Ibu Wieta Chairunesia, SE., M.Ak kami ucapkan terima kasih, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini.
          kami menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu kami menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan makalah kami.







Jakarta, 26 September 2019



Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Tenaga kerja langsung adalah tenaga manusia yang bekerja langsung menolak produk untuk perusahaan yang memproduksi kursi rotan yang disebut tenaga kerja langsung, seperti: tukang potong rotan, tukang ukur kursi rotan, tukang rakit kursi rotan, tukang ketam (pelicin) kursi rotan, tukang warna kursi rotan, Adapun tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja manusia yang ikut membantu menyelesaikan produk, seperti: mandor, manajer produksi, penyelia, dan lain-lain.
Upah untuk tenaga kerja langsung disebut biaya tenaga kerja langsung (BTKL), sedangkan upah untuk tenaga kerja tak langsung disebut biaya tenaga kerja tak langsung (BTKTL). Biaya tenaga kerja tak langsung merupakan salah satu unsur dari biaya overhead pabrik (BOP). Upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang memelihara alat produksi (seperti: montir, mekanik) termasuk unsur biaya pemeliharaan pabrik. Biaya pemeliharaan pabrik termasuk salah satu unsur biaya overhead pabrik (BOP).
Anggaran biaya tenaga kerja langsung meliputi taksiran keperluan tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi jenis dan kuantitas produk yang direncanakan dalam anggaran produk. Anggaran biaya tenaga kerja langsung merupakan salah satu unsur dari harga pokok produk. Harga pokok produk adalah salah satu biaya yang berkaitan dengan produk. Oleh karena itu anggaran biaya tenaga kerja langsung diperlukan dalam penghargapokokan produk per unit. Penghargapokokan produk per unit sangat penting dalam penentuan harga jual. Di gamping itu juga dengan disusunnya anggaran biaya tenaga kerja langsung dapat diperkirakan keperluan kas untuk biaya tenaga kerja langsung. Untuk menyusun anggaran biaya tenaga kerja langsung terlebih dahulu ditetapkan biaya tenaga kerja langsung standar per unit produk.   
Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara menyusun anggaran biaya konversi ?
2.      Bagaimana cara menyusun anggaran beban usaha ?
3.      Bagaimana cara menyusun anggaran laba rugi ?

BAB II
ISI

2.1 Penyusunan Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga manusia yang bekerja langsung menolak produk untuk perusahaan yang memproduksi kursi rotan yang disebut tenaga kerja langsung, seperti: tukang potong rotan, tukang ukur kursi rotan, tukang rakit kursi rotan, tukang ketam (pelicin) kursi rotan, tukang warna kursi rotan, Adapun tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja manusia yang ikut membantu menyelesaikan produk, seperti: mandor, manajer produksi, penyelia, dan lain-lain.
Upah untuk tenaga kerja langsung disebut biaya tenaga kerja langsung (BTKL), sedangkan upah untuk tenaga kerja tak langsung disebut biaya tenaga kerja tak langsung (BTKTL). Biaya tenaga kerja tak langsung merupakan salah satu unsur dari biaya overhead pabrik (BOP). Upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang memelihara alat produksi (seperti: montir, mekanik) termasuk unsur biaya pemeliharaan pabrik. Biaya pemeliharaan pabrik termasuk salah satu unsur biaya overhead pabrik (BOP).
Anggaran biaya tenaga kerja langsung meliputi taksiran keperluan tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi jenis dan kuantitas produk yang direncanakan dalam anggaran produk. Anggaran biaya tenaga kerja langsung merupakan salah satu unsur dari harga pokok produk. Harga pokok produk adalah salah satu biaya yang berkaitan dengan produk. Oleh karena itu anggaran biaya tenaga kerja langsung diperlukan dalam penghargapokokan produk per unit. Penghargapokokan produk per unit sangat penting dalam penentuan harga jual. Di gamping itu juga dengan disusunnya anggaran biaya tenaga kerja langsung dapat diperkirakan keperluan kas untuk biaya tenaga kerja langsung. Untuk menyusun anggaran biaya tenaga kerja langsung terlebih dahulu ditetapkan biaya tenaga kerja langsung standar per unit produk.
 
2.1.1        Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar per Unit Produk
Biaya tenaga kerja langsung standar per unit produk terdiri dari jam tenaga kerja langsung
dan tarif upah standar tenaga kerja langsung. Jam Standar Tenaga Kerja Langsung (JSTKL) adalah taksiran sejumlah jam tenaga kerja Langsung yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk tertentu. Jam standar tenaga kerja langsungg dapat ditentukan dengan Cara:
a.       Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari
kartu harga pokok periode yang lalu.
b.      Mencoba jalan operasi produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan.
c.       Mengadakan penyilidikan gerak dan waktu.
d.      Mengadakan taksiran yang wajar.
e.       Memperhitungkan keloriggaran waktu untuk istirahat, penundaan kerja yang tak bisa dihindari, dari faktor kelelahan.

Tarif upah standar tenaga kerja langsung (TUSt) adalah taksiran tarif upah per jam. tenaga kerja langsung. Tari upah standar tenaga kerja langsung (TUSt) dapat ditentukan atas dasar: (a) Perjanjian dengan organisasi karyawan, (b) Dapat upah masa lalu yang dihitung secara rata-rata dan (c) Perhitungan tarif upah dalam operasi normal.
Misalkan jam standar tenaga kerja langsung ditentukan untuk membuat satu botol kecap diperlukan waktu 0,1 jam dan tarif upah standar tenaga kerja langsung (TSt) ditentukan per jam Rp 500. Dengan demikian biaya tenaga kerja langsung standar per unit produk (BTKLSP) untuk membuat satu botol kecap = 0,1 jam @ Rp 500: Rp 50.
Setelah jam standar tenaga kerja langsung (JSTKL) ditetapkan, kemudian disusun jam kerja standar tenaga kerja langsung terpakai.

2.1.2        Jam Kerja Standar Tenaga Kerja Langsung Terpakai
Untuk menyudsun jam kerja standar tenaga kerja langsung terpakai (JKSt) diperlukan data anggran produk dan jam standar tenga kerja langsung (JSTKL).
Misalkan Anggaran Produk jadi dari Perusahaan Kecap Asli selama Tahun 2016 Sebagai Berikut.

Triwulan
Kecap Sedang
Kecap Manis
Kecap Asin
Total
I
22 Botol
13 Botol
9 Botol
44 Botol
II
23 Botol
13 Botol
10 Botol
46 Botol
III
24 Botol
14 Botol
9 Botol
47 Botol
IV
26 Botol
14 Botol
10 Botol
50 Botol
Setahun
95 Botol
54 Botol
38 Botol
187 Botol

Jam standar tenaga kerja langsung (JSTKL) untuk membuat satu botol kecap diperlukan waktu 0,1 jam.
Rumus yang dapat digunakan dalam menyusun jam kerja standar tenaga kerja Iangsung terpakai (JKSt) adalah sebagai berikut.
JKSt=2 P x JSTKL

JKST = Jam kerja standar tenaga kerja langsung terpakai
P = Unit ekuivalen produk
JSTKL = Jam standar tenaga kerja langsung.

Bila tidak terdapat Produk dalam proses, maka unit ekuivalen produk sama dengan produk jadi dihasilkan period tersebut. Anggaran produk pada Perusahaan Kecap Asli dalam contoh tersebut tidak terdapat sediaan produk dalam proses, sehingga unit ekuivalen produk sama dengan produk jadi.
Dari data tersebut di atas dapat disusun jam kerja standar tenaga kerja langsung terpakai (JKSt) seperti Tabel 9-1.

Perusahaan Kecap Asli
Jam Kerja Standar Tenaga Kerja Langsung Terpakai
Tiap Triwulan Pada Tahun 2016

Triwulan
Kecap Sedang
Kecap Manis
Kecap Asin
Total
I
2,2 Jam
1,3 Jam
0,9 Jam
4,4 Jam
II
2,3 Jam
1,3 Jam
1,0 Jam
4,6 Jam
III
2,4 Jam
1,4 Jam
0,9 Jam
4,7 Jam
IV
2.6 Jam
1,4 Jam
1,0 Jam
5,0 Jam
Setahun
9,5 Jam
5,4 Jam
3,8 Jam
18,7 Jam


Pada Tabel 9-1 tampak triwulan I produk jadi kecap sedang sebanyak 22 botel (P) x JSTKL (jam standar tenaga kerja langsung) 0,1 sehingga jam kerja standar tenaga kerja langsung terpakai (JKSt) sebanyak 2, 2 Jam.
Setelah disusun jam kerja standar tenaga kerja langsung terpakai, kemudian disusun anggaran biaya tenaga kerja langsung.


2.1.3 Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

Rumus yang dapat digunakan dalam menyusun anggaran biaya tenaga kerja langsung (BTKL) atau biaya tenaga kerja langsung standar (BTKLSt) sebagai berikut.
Anggaran BTKL = JKSt x TUSt atau P x BTKLSP

Misalkan dari data pada Tabel 9-1 dan data tarif upah standar tenaga kerja langsung (TUSt) per jam Rp 500, maka dapatlah disusun anggaran biaya tenaga kerja langsung seperti Tabel 9-2.
Pada Tabel 9-2 anggaran biaya tenaga kerja langsung untuk kecap sedang sebesar
Rp 1. 100 dihitung dengan cara JKSt x TUSt, yaitu 2,2 Jam x Rp 500 = Rp l. 100 atau P X BTKLSP, yaitu 22 Botol x Rp 50 = Rp l. 100.
Anggaran biaya tenaga kerja langsung setahun untuk:
Kecap sedang              = 9,5 jam x Rp 500 = Rp 4.750 .
Kecap manis                = 5,4 jam x Rp 500 = Rp 2.700
Kecap asin                   = 3,8 jam x Rp 500 = Rp 1.900 Total = Rp 9.350



Perusahaan Kecap Asli
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tiap Triwulan Pada tahun 2016
Triwulan
Kecap Sedang
Kecap Manis
Kecap Asin
Total
I
Rp 1.100
Rp 650
Rp 450
Rp 2.200
II
Rp 1.150
Rp 650
Rp 500
Rp 2.300
III
Rp 1.200
Rp 700
Rp 450
Rp 2.350
IV
Rp 1.300
Rp 700
Rp 500
Rp 2.500
Setahun
Rp 4.750
Rp 2.700
Rp 1.900
Rp 9.350


2.2       Penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung terjadi untuk membiayai produksi, artinya bila perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi maka biaya tersebut tidak terjadi. Besar kecilnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung bergantung pada tingkat produksi. Oleh karena itu biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung termasuk unsur biaya variabel. Biaya tenaga kerja langsung termasuk biaya variabel bila sistem upah yang digunakan sistem upah per jam atau per unit, tetapi bila sistem upah yang digunakan sistem upah tetap, seperti upah harian, upah bulanan, maka biaya tenaga kerja langsung termasuk biaya tetap. Dalam buku ini biaya tenaga kerja langsung dianggap sebagai biaya variabel. Mengenai biaya variabel akan dibahas lebih lanjut pada Bab 16.
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya pabrik selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik periode ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Dalam biaya overhead pabrik terdapat biaya variabel dan biaya tetap.
Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang dipengaruhi oleh besar kecilnya volume kegiatan produksi, sedangkan biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume kegiatan produksi.

2.2.1        Ilustrasi Penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Misalnya Perusahaan Kecap Asli pada tahun 2016 menyusun anggaran biaya overhead pabrik pada kapasitas produksi normal setahun 200 botol dengan Waktu 20 jam kerja langsung. Atas dasar unit produk dan atas dasar jam kerja langsung dapat dibuat pembebanan biaya overhead pabrik yang dianggarkan seperti Tabel 9-3.
Dari Tabel 9-3 terlihat yang merupakan BOP variabel penuh seperti biaya bahan pembantu dan biaya pernik pabrik.
Adapun yang merupakan BOP tetap penuh hanya biaya depresiasi pabrik. Sedangkan yang merupakan biaya semi variabel, artinya dalam biaya tersebut terdapat biaya variabel tetapi terdapat juga biaya tetap, seperti : biaya tenaga kerja tak langsung, biaya pemeliharaan pabrik, biaya listrik pabrik, biaya asuransi pabrik, dan biaya lain-lain pabrik. Cara pemisahan biaya semi variabel menjadi sebagian biaya variabel dan sebagian lagi menjadi biaya tetap dapat dipelajari lebih lanjut pada Bab 16 dalam pokok bahasan Metode Pemisahan Biaya.
Perusahaan Kecap Asli
Anggaran Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Atas Dasar Kapasitas Normal 200   atau 20 jam kerja langsung
Tahun Berakhir 31 Desember 2016
(dalam Rp)
Unsur Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Total BOP
BOP Tetap
BOP Variabel
BOP Variabel
BOP Tetap
Per unit
Per Jam
Per unit
Per jam
Bahan pembantu
4.000
-
4.000
20
200
-
-
Pernik pabrik
1.000
-
1.000
5
50
-
-
Tenaga kerja tak langsung
7.000
1.000
6.000
30
300
5
50
Pemeliharaan pabrik
1.000
200
800
4
40
1
10
Listrik pabrik
3.000
2.000
1.000
5
50
10
100
Depresiasi pabrik
2.000
2.000
-
-
-
10
100
Asuransi Pabrik
1.000
600
400
2
20
3
30
Lain-lain pabrik
1.000
600
400
2
20
3
30
Jumlah
20.000
9.400
13.600
68
680
32
320

Semivariabel. Pada tabel 9-3 terlhat jumalah BOP Variabel per unit (botol) sebesar Rp 68, sedangkan jumlah BOP Variabel per jam sebesar Rp 680.
Dengan demikian BOP Variabel Standar per botol kecap memerlukan waktu = Rp 68 / Rp 680 = 0,1 jam
Pada tabel 9-3 terlihat jumlah BOP Tetap Standar per unit sebesar Rp 32 dan jumlah BOP Tetap per jam sebesar Rp 320.
Dengan demikian BOP Tetap per botol kecap memerlukan waktu  = Rp 32/ Rp 320 = 0,1 Jam
Dari perhitungan tersebut diatas , dapat dibuat biaya overhead pabrik standar perbotol kecap sebagai berikut

BOP Varibel                                       0,1 jam            @Rp 680 = Rp 68
BOP Tetap                                          0,1 jam @Rp 320 = Rp 32 +
BOP per botol kecap                                                               = Rp 100
Bila kita gabungkan biaya bahan baku standar per unit produk dengan biaya tenaga kerja langsung standar per unit produk dan biaya overhead pabrik standar per unit produk, maka dapatlah disusun harga pokok standar per botol produk jadi berupa kecap seperti tabel 9-4.

Perusahaan Kecap Asli
Harga Pokok Standar per botol Kecap Sedang
Tahun berakhir 31 Desember 2016

Unsur Harga Pokok Produk                Penghargapokokan Penuh                   Perhargapokokan
Variabel

BBB Kedelai  2 ons      @ Rp 100                  Rp 200                                                Rp 200           
Gula Merah     0,5 ons   @ Rp 240                  Rp 120 +                                 Rp 120 +
                                                                        Rp 320                                                Rp 320
BTKL              0,1 jam              @ Rp 500                  Rp 50                                      Rp 50
BOP Variable  0,1 jam              @ Rp 680                  Rp 68                                      Rp 68
BOP Tetap      0,1 jam              @ Rp 320                  Rp 32                                         0

Harga Pokok Standar per botol Kecap                       Rp 470                                                Rp 438


Pada Tabel 9-4 tampak harga pokok standar per unit produk dalam hal ini harga Pokok standar per botol Kecap sedang dengan metode penghargapokokan penuh (full costing) RP 470 dan dengan metode penghargapokokan variabel (variable costing) Rp 438. Anggaran tetap mcnggunakan metode penghargapokokan penuh. Anggaran tetap berupa anggaran jangka panjang yang dljelaskan pada bab l4 dan anggaran jangka pendek yang dijelaskan pada Bab 15 mcnggunakan metode penghargapokokan penuh. Beda metode penghargapokokan pcnuh dcngan mctode penghargapokokan variabel dijelaskan pada Bab 16.
Dengan dibuatnya harga pokok standar per botol kecap sedang, maka dapat ditentukan harga jual per botol Kecap sedang. Misalnya perusahaan menetapkan margin kontribusi per botol kecap Rp 262, bcrarti harga jual per botol kecap sedang sebesar Rp 262 + Rp 438 = Rp 700. Dengan demikian margin kontribusi yang diinginkan oleh perusahaan sebesar 262 : 700 = 37%.
Bila harga jual per botol Rp 700, bcrarti kenaikan 59,82% dari harga pokok variabel per botol kecap.
Harga pokok variabel per botol kecap = Rp 438
Kenaikan 59,82% x Rp 438 = Rp 262                        
Harga jual per botol kecap = 700

2.3 Penyusunan Anggaran Beban Usaha

Beban usaha (operating expenses) adalah beban kegiatan pokok perusahaan yang tidak terjadi di pabrik, selain harga pokok jualan (cost of sales). Beban usaha terdiri dari: beban penjualan, beban administrasi dan umum.
Beban penjualan adalah beban yang terjadi untuk kepentingan penjualan produk
utama. Beban penjualan ada yang bersifat tetap, tetapi ada juga yang bersifat variabel:
Beban penjualan variabel contohnya beban komisi penjualan, beban penghapusan piutang, dan beban pernik penjualan. Beban penjualan variabel besar kecilnya dipengaruhi oleh kegiatan penjualan. Semakin banyak barang yang dijual semakin besar beban penjualan variabel. Sebaliknya semakin sedikit barang yang dijual semakin kecil beban penjualan variabel. Sedangkan beban penjualan tetap, contohnya beban depresiasi alat penjualan, beban penghapusan piutang, beban gaji pegawai tetap bagian penjualan dan lain-lain. Beban penjualan semi variabel, seperti: beban promosi penjualan, dan lain-lain.
Beban administrasi dan umum adalah beban yang umumnya terjadi pada bagian personalia, bagian keuangan, dan bagian umum, seperti: beban gaji pemimpin dan staf, beban depresiasi peralatan kantor, beban pernik kantor, beban pemeliharaan kantor, dan beban umum lainnya. Beban administrasi dan umum biasanya bersifat tetap.


2.3.1 Ilustrasi Penyusunan Anggaran Beban Usaha

Sebagai ilustrasi misalkan Perusahaan Kecap Asli akan menyusun anggaran beban usaha selama tahun 2016 dengan data sebagai berikut:
a.       Mempunyai aset tetap yang terdiri atas: bagian penjualan senilai Rp 100.000 dan bagian umum senilai Rp 50.000. Aset tetap disusut dengan metode garis lurus 12% setahun atau 3% tiap triwulan.
b.      Jualan direncanakan triwulan: I Rp 24.400, II Rp 25.500, III Rp 26.750, dan IV Rp 26.950.
c.       Komisi penjualan 5% dari penjualan dan penghapusan piutang ditaksir 2% dari jualan.
d.      Gaji penjualan dan pemeliharaan alat penjualan tiap triwulan masing-masing Rp 1. 000 dan Rp 700.
e.       Pernik (supplies) penjualan ditaksir triwulan: I Rp 200, II Rp 210, III Rp 250, dan
IV Rp 250.
f.       Beban turun harga triwulan I dan II masing-masing 19% dari jualan, triwulan III dan IV masing-masing 2% dari jualan.
g.      Beban penjualan lainnya pada triwulan I dan II masing-masing Rp 150, triwulan III dan IV masingmasing Rp 200.
h.      Beban administrasi ditaksir tiap triwulan terdiri atas: gaji pemimpin dan staf kantor Rp 300, asuransi alat kantor Rp 100, pernik kantor Rp 50, pemeliharaan kantor Rp 125, dan lainnya Rp 75.

Dari data tersebut disusunlah anggaran beban usaha seperti Tabel 9-5. Pada Tabel 9-5 triwulan I komisi penjualan sebesar Rp 1.220 dengan perhitungan komisi penjualan tiap triwulan 5% dari jualan pada triwulan bersangkutan, yaitu 5% x Rp 24.400 = Rp 1.220.

Perusahaan Kecap Asli
Anggaran Beban Usaha
Tiap Triwulan pada Tahun 2016
(dalam Rp)

Unsur Beban Usaha
I
II
III
IV
Setahun
1. Beban penjualan





Komisi penjualan
1.220
1.275
1.338
1.338
5.171
Penghapusan piutang
488
510
535
539
2.072
Gaji penjualan
1.000
1.000
1.000
1.000
4.000
Pemeliharaan alat
700
700
700
700
2.800
Depresiasi alat
3.000
3.000
3.000
3.000
12.000
Turun haga
244
255
535
539
1.573
Pernik Penjualan
200
210
250
250
910
Lainnya
150
150
200
200
700
Jumlah 1
7.002
7.100
7.558
7.566
29.226
2. Beban administrasi





Gaji Pemimpin/staf
300
300
300
300
1.200
Depresiasi alat
1.500
1.500
1.500
1.500
6.000
Asuransi alat
100
100
100
100
400
Pernik kantor
50
50
50
50
200
Pemeliharaan alat
125
125
125
125
500
Lainnya
75
75
75
75
300
Jumlah 2
2.150
2.150
2.150
2.150
8.600
3. Beban usaha (1 + 2)
9.152
9.250
9.708
9.716
37.826

Perhitungan beban penghapusan piutang tiap triwulan 2% dari jualan pada. triwulan bersangkutan, misalnya pada triwulan I = 2% x Rp 24.400 = Rp 488. Perhitungan beban depresiasi alat penjualan tiap triwulanu = 3% x Rp 100. 000 = Rp 3. 000. Perhitungan beban turun harga pada triwulan I 1% x Rp 24.400 = Rp 244 Triwulan II = 1% x Rp 25 500 = Rp 255. Triwulan III = 2% X Rp 26 750 = Rp 535. Triwulan IV = 2% X Rp 26.950 = Rp 539. Perhitungan depresiasi alat kantor tiap triwulan = 3% x Rp 50.000 = Rp 1.500.

2.3.2 Menyusun Anggaran Laba Rugi

Bagian Tiga ini merupakan penyusunan anggaran operasional, yang terdiri atas 4 bab, yaitu: Bab 6 Penyusunan Anggaran Jualan, Bab 7 Penyusunan Anggaran Produk, Bab 8 Penyusunan Anggaran Bahan Baku, dan Bab 9 Penyusunan Anggaran Biaya Konversi dan Beban Usaha. Seperti telah dijelaskan pada Bab 2 bahwa penyusunan anggaran induk terdiri atas anggaran operasional dan anggaran keuangan. Anggaran operasional disusun untuk menyusun anggaran laba rugi, sedangkan anggaran keuangan disusun untuk menyusun anggaran neraca. Bab 9 ini merupakan bab terakhir dari Bagian Tiga tentang Penyusunan Anggaran Operasional, yang menjelaskan penyusunan anggaran laba rugi.
Sebagai ilustrasi penyusunan anggaran laba rugi digunakan data dari Perusahaan Kecap Asli pada tahun 2016 sebagai berikut:
1.      Sediaan produk dalam proses (PDP) awaal 10 botol dengan tingkat penyelesaian BBB 80%, BTKL 30%, dan BOP 40%.
2.      Anggaran sediaan produk dalam proses (PDP) akhir sebanyak 18 botol dengan tingkat penyelesaian BBB 100%, BTKL 50% dan BOP 50%.
3.      Produk terjual dianggarkan tahun ini 148 botol dengan harga jual per botol Rp 700 = Rp 103.600. Sediaan produk jadi awal 15 botol.
4.      Anggaran produk jadi periode ini 182 botol.
5.      Harga pokok standar produk kecap per botol seperti terdapat pada Tabel 9-4.
6.      Beban usaha dianggarkan setahun Rp 37.826 terdiri atas beban usaha tetap Rp 28.100 dan beban usaha variabel Rp 9.726.

Berdasarkan data tersebut dibuat beberapa perhitungan untuk menyusun anggaran laba rugi.

Langkah pertama, menghitung sediaan produk jadi akhir sebagai berikut.
Jualan                                                                          148 botol
Sediaan produk jadi akhir                                           ? botol +
Produk siap dijual                                                       197 botol
Sediaan produk jadi awal                                           15 botol -
Produk jadi                                                                 182 botol
Sediaan produk dalam proses (PDP) akhir                 18 botol +
Produk dihasilkan/produk diproses                            200 botol
Sediaan produk dalam proses (PDP) awal                  10 botol +
Produk masuk produksi periode ini                            190 botol
Tampak pada perhitungan tersebut sediaan produk jadi akhir belum diketahui. Sediaan produk jadi dapat diketahui sebanyak 49 botol dengan cara mengurangi produk siap dijual 197 botol dengan jualan 148 botol.
Langkah kedua, menghitung unit ekuivalen produk dengan metode masuk pertama keluar pertama (MPKP) sebagai berikut:
Produk jadi + Ekuivalen PDP Akhir - Ekuivalen PDP Awal
BBB  = 182 + (18 x 100%) -  (10 x 80%) = 192 botol
BTKL = 182 + (18 x 50%)  - (10 x 30%)  = 188 botol
BOP  = 182 + (18 x 50%)  - (10 x 40%)  = 187 botol
Langkah ketiga, menghitung unit ekuivalen produk dengan metode masuk pertama kedua pertama (MPKP) sebagai berikut:
Produk jadi + Ekuivalen PDP Akhir – Ekuivalen PDP Awal
BBB  = 192 botol + Rp 320 = Rp 61.440
BTKL  = 188 botol + Rp 50 = Rp 9.400
BOPV = 187 botol + Rp 68 = Rp 12.716
Biaya pabrik variabel          = Rp 83.556
Langkah keempat, menghitung sediaan dengan metode pengharga-pokokan penuh (PP) dan penghargapokokan variabel (PV) sebagai berikut.
Sediaan produk jadi awal
PP = 15 botol x Rp 470 = Rp 7.050
PV = 15 botol x Rp 438 = Rp 6.570
Sediaan produk jadi akhir
PP = 49 botol x Rp 470 = Rp 23.030
PV = 49 botol x Rp 438 = Rp 21.462
Sediaan produk dalam proses awal
                                                                        PP                               PV
BBB    = 10 x 80% x Rp 320 =                       Rp 2.560                     Rp 2.560
BTKL = 10 x 30% x Rp 50  =                        Rp 150                                    RP 150
BOPV             = 10 x 40% x Rp 68  =                        Rp 272                                    Rp 272
BOPT = 10 x 40% x Rp 32  =                        Rp 128                                    Rp –
Rp 3.110                     Rp 2.982
Sediaan produk dalam proses akhir
                                                                        PP                               PV
BBB    = 18 x 100% x Rp 320 =                     Rp 5.760                     Rp 5.760
BTK    = 18 x 50% x RP 50 =                                    Rp 450                        RP 450
BOPV = 18 x 50% x Rp 68 =                         Rp 612                                    Rp 612
BOPT  = 18 x 50% x Rp 32 =                         RP 288                                    Rp –
Rp 7.110                     Rp 6.822

Langkah kelima, menyusun anggaran laba rugi seperi Tabel 9-6.
Perusahaan Kecap Asli
Anggaran Laba Rugi
Tahun Berakhir 31 Desember 2016

Keterangan
Penghargapokokan
Penuh
Variable
  1. Jualan
Rp 103.600
Rp 103.600
  1. Biaya pabrik variabel
Rp 83.556
Rp 6.400
Rp 83.556
-
-
Rp 2.982
  1. Biaya overhead pabrik tetap
  1. Biaya Pabrik
Rp 89.956
Rp 3.110
  1. Sediaan produk dalam proses awal
  1. Biaya produksi
Rp 93.006
Rp 7.110
Rp 86.538
Rp 6.822
  1. Sediaan produk dalam proses akhir
  1. Harga pokok produk jadi
Rp 85.956
Rp 7.050
Rp 79.716
Rp 6.570
  1. Sediaan produk jadi awal
  1. Produk siap jual
Rp 93.006
Rp 23.030
Rp 86.286
Rp 21.462
  1. Sediaan produk jadi akhir
  1. Harga pokok produk terjual
Rp 69.976
Rp 64.824
  1. Laba kotor/margin kontribusi kotor
Rp 33.624
Rp 9.726
-
Rp 28.100
-
-
Rp 38.776
Rp 9.726
  1. Beban usaha variabel
  1. Margin kontribusi bersih
Rp 29.050
  1. Beban usaha tetap
Rp 28.100
Rp 6.400
  1. Biaya overhead pabrik tetap
  1. Biaya tetap
Rp 34.500
  1. Rugi
(Rp 4.202)
(Rp 5.450)

Tampak pada Tabel 9-6 terdapat selisih rugi Rp 1.248, yaitu Rp 4.202 – Rp 5.450. Penyebab selisih rugi Rp 1.248 tersebut adalah selisish sediaan antara metode penghargapokokan penuh dan metode penghargapokokan variabel dengan perhitungan sebagai berikut.
            Sediaan metode penghargapokokan penuh:
                        Sediaan produk dalam proses awal                 Rp 3.110
                        Sediaan produk jadi awal                               Rp 7.050
Sediaan awal                                                               Rp 10.160
Sediaan produk dalam transaksi                     Rp 7.110
            Sediaan produk jadi akhir                               Rp 23.030
            Sediaan akhir                                                              Rp 30.140
            Selisih sediaan penghargapokokan penuh                               Rp 19.980
Sediaan metode penghargapokokan variabel:
            Sediaan produk dalam proses awal                 Rp 2.982
            Sediaan produk jadi awal                               Rp 6.570
            Sediaan awal                                                               Rp 9.552
            Sediaan produk dalam transaksi                     Rp 6.822
            Sediaan produk jadi akhirr                              Rp 21.462
            Sediaan akhir                                                              Rp 28.284
            Selisih sediaan penghargapokokan variabel                            Rp 18.732
Selisih sediaan                                                                                     Rp 1.248

Anggaran laba rugi metode penghargapokokan variabel seperti tampak pada Tabel 9-6 dapat dibuat dalam bentuk singkat sperti Tabel 9-7
Perusahaan Kecap Asli
Anggaran Laba Rugi
Tahun Berakhir 31 Desember 2016
Jualan 148 botol Rp 700                                 = Rp 103.600
Biaya Variabel 140 botol x Rp ?                     = Rp ?
Margin Kontribusi                                           = Rp 29.050                           
Biaya Tetap                                                     = Rp 34.500
Rugi                                                                = Rp 5.450

Pada Tabel 9-7 tampak jumlah biaya variabel dan biaya variabel perbotol belum diketahui. Jumlah biaya variabel Rp 74.550 dapat diketahui dengan cara jualan Rp 103.600 dikurangi margin kontribusi RP 29.050 dengan demikian biaya variabel perbotol = Rp 74.550 : 148 botol = Rp 503,71622.
            Biaya Variabel perbotol dapat juga dihitung sebagai berikut.
Harga pokok per botol (Tabel 9-4)                              = Rp 438,00000
Beban Usaha Variabel Rp 9.726 : 148 botol              = Rp 65,71622  +
Biaya Variabel perbotol                                              = Rp 503,71622

Anggaran laba rugi dapat dilengkapi dengan anggaran biaya produksi untuk penghargapokokan penuh (PP) dan penghargapokokan variabel (PV) seperti Tabel 9-8.
            Pada Tabel 9-8 tampak biaya penyelesaian produk dalam proses awal 10 botol sebesar RP 1.590 untuk metode penghargapokokan penuh (PP) dan sebesar RP 1.398 untuk penghargapokokan variabel (PV) dengan perhitungan sebagai berikut.
Perusahaan Kecap Asli
Anggaran Biaya Produksi
Tahun Berakhir 31 Desember 2016
I.Data Produksi

Sediaan produk dalam proses awal                                         10 botol
Produk masuk produk periode ini                                           190 botol
Produk diproses                                                                                  200 botol
Produk jadi                                                                             182 botol
Sediaan produk dalam proses akhir                                        18 botol
Produk dihasilkan                                                                               200 botol
II.Biaya produksi dibebankan
Biaya

Unit Ekuivalen / Kapasitas Normal
Biaya Pabrik
Harga Pokok per Botol
PP
PV
PP
PV
BBB
192 Botol
Rp 61.440
Rp 61.440
Rp 320
Rp 320
BTKL
188 Botol
Rp 9.400
Rp 9.400
Rp 50
Rp 50
BOPV
187 Botol
Rp 12.716
Rp 12.716
Rp 68
Rp 68
BOPT
200 Botol
Rp 6.400
-
Rp 32
-
Jumlah Biaya Pabrik
Sediaan Produk dalam proses awal
Biaya Produksi
Rp 89.956
Rp 83.556
Rp 470
Rp 438
Rp 3.110
Rp 2.982

Rp 93.066
Rp 86.538



III. Biaya Produksi di Perhitungkan
                                                                                                            PP                    PV
Sediaan Produk dalam Proses Awal 10 Botol                                    Rp 3.110         Rp 2.982
Biaya Penyelesaian Produk dalam Proses Awal                                 Rp 1.590         Rp 1.389
Harga Pokok Produk Jadi                                     10 Botol                Rp 4.700         Rp 4.380
Harga Pokok Produk jadi                                      172 Botol              Rp 81.256       Rp 75.336
Harga Pokok Produk jadi                                      182 Botol              Rp 85.956       Rp 79.716
Sediaan Produk dalam Proses Akhir                                                  Rp 7.110         Rp 6.822
Biaya Produksi                                                                                    Rp 93.066       Rp 86.538

                                                                                    PP                               PV
BBB    20% x 10 botol x Rp 320                                Rp 640                                    Rp 640
BTKL 70% x 10 botolx Rp 50                                    Rp 350                                    Rp 350
BOPV 60% x 10 botol x Rp 68                                  Rp 408                                    Rp 408
BOPT 60% x 10 botol            x Rp 32                                  RP 192                         0         
                                                                                    Rp 1.590                     Rp 1.398

Harga pokok produk jadi 172 botol metode penghargapokokan variabel (PV) sebesar RP 75.336 dan metode penghargapokokan penuh (PP) sebesar Rp 81.256 dihitung sebagai berikut.
Kapasitas normal                                                                                 = 200 botol
Unit ekuivalen sediaan produk dalam proses
   Akhir = 18 botol x 50% = 9 botol
   Awal = 10 botol x 40% = 4 botol
                                                                                                            = 5 botol
                                                                                                                                                = 195 botol
Sediaan produk dalam proses awal                                                     = 10 botol
                                                                                                            = 185 botol
Tarif biaya overhead pabrik tetap (BOPT)                                         = Rp 32 x
                                                                                                            = Rp 5.920
Harga pokok produk jadi metode PV = 172 botol x Rp 438             = 75.336
Harga pokok jadi metode PP = 172 botol                                          = 81.256

Mengenai penyusunan anggaran laba rugi dan anggaran biaya produksi dengan metode penghargapokokan penuh dan penghargapokokan variabel dijelaskan lebih lanjut di bab 16.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Tenaga kerja langsung adalah tenaga manusia yang langsung bekerja mengolah Prod ‘ Biaya tenaga kerja langsung adalah upah yang harus dibayar untuk tenaga kerja langsung. Upah untuk tenaga kerja langsung biasanya menggunakan sistem upah per unit Prod yang dihasilkan atau Sistem upah per jam kerja langsung. Untuk memperoleh biaya tenaga kerja langsung yang dianggarkan adalah jam kerja standar tenaga kerja langsung terpakai (JKSt) dikali tarif upah standar tenaga kerja langsung (TUSt). Jam kerja standar tenaga kerja
langsung terpakai (JKSt) adalah unit ekuivalen produk (P) dikali Jam standar tenaga kerja langsung (ISTKL).
Dengan adanya anggaran biaya tenaga kerja langsung dapat disiapkan kas “untuk pembayarannya, sehingga dapat memperlancar produksi.
Anggaran biaya tenaga kerja langsung besar kecilnya dipengaruhi oleh produk ' dianggarkan, jam kerja standar tenaga kerja langsung, dan tarif upah standar tenaga kerja langsung.
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya yang terjadi di pabrik, selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Bila ingin menyusun anggaran laba rugi metode penghargapokokan variabel (variable costing) maka biaya overhead pabrik dipisahkan menjadi BOP variabel dan BOP tetap, tetapi bila ingin menyusun anggaran laba rugi metode penghargapokokan penuh BOP tidak perlu dipisahkan menjadi dua, terkecuali untuk kepentingan pembedaan anggaran laba rugi antara metode penghargapokokan variabel dengan metode pengharga-pokokan penuh.
Beban penjualan merupakan salah satu unsur beban usaha, beban penjualan meliputi: ' beban komisi penjualan, beban promosi, beban distribusi, beban penghapusan piutang usaha, beban turun harga, tetapi tidak termasuk harga pokok barang terjual.

.DAFTAR PUSTAKA


Penganggaran Perusahaan/Nafarin M. Edisi Ketiga – Jakarta: Salemba Empat, 2007