Senin, 26 Juni 2023

13 KELAS KATA BAHASA INDONESIA

VERBA / KATA KERJA
  • Kata kerja adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses, atau keadaan. Misalnya makan, minum, menari dan lain-lain. 
  • Verba atau kata kerja merupakan kata-kata yang menyatakan suatu perbuatan atau tindakan, proses, gerak, keadaan atau terjadinya sesuatu. Verba menduduki fungsi sebagai predikat dalam kalimat. 
  • Ciri-ciri kata kerja dalam bahasa Indonesia adalah kata tersebut dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat atau dengan + kata benda. Misalnya: berjalan dengan cepat, berbicara dengan dosen. 
  • Berdasarkan fungsinya dalam kalimat, yaitu sebagai predikat, kata kerja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 
a) Kata kerja penuh, yaitu kata kerja yang langsung berfungsi sebagai predikat tanpa bantuan kata-kata lain.
b) Kata kerja bantu, yaitu suatu kata yang memiliki fungsi khusus kata kerja utama. 
  • Ada tiga jenis kata kerja bantu, yaitu;
1. kata kerja bantu yang menyatakan keharusan: harus, mesti, perlu. Contoh dalam kalimat: Saya harus belajar sekarang. Ayah perlu menghubungi pimpinannya. 
2. kata kerja bantu yang menyatakan kemampuan: sanggup, mampu, boleh, bisa dan dapat , yang posisinya sebelum kata kerja utama. Contoh dalam kalimat: Mahasiswa boleh pulang sesudah menyelesaikan tugas itu. Ia sanggup menghubungi polisi. 
3. kata kerja bantu yang menyatakan keinginan: ingin, hendak, mau dan suka yang dapat langsung diikuti dengan kata kerja penuh, kata benda atau kata sifat. Misalnya: Ayah ingin membeli sebuah rumah. Ibu hendak pergi ke Jakarta. Kakak ingin kurus agar kelihatan lebih menarik.

 

 ADJEKTIVA / KATA SIFAT

  •  Kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda. Misalnya pintar, berkurang, pahit, musnah, berkurang dan lain-lain. 
  • Kata-kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat dibentuk menjadi kata ulang berimbuhan gabung se-nya disebut kata sifat, contoh: indah (indah sekali, seindah-indahnya). Pada tingkat frase, letak kata sifat adalah di belakang kata benda yang disifatinya, misalnya: rumah besar, pemandangan indah, meja kecil. 
  • Secara umum, adjektiva adalah kata yang menyatakan sifat, keadaan, watak seseorang, binatang atau benda. Dalam sebuah kalimat, adjektiva berfungsi sebagai penjelas subjek, predikat dan objek. 
  • Ciri-ciri kata sifat: 
1. dapat diberi keterangan pembanding lebih, kurang, dan paling, 
2. dapat diberi keterangan penguat, seperti sangat, amat, benar, dan sekali, 
3. umumnya dapat diingkari dengan kata ingkar tidak.


NOMINA / KATA BENDA

  • Kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Nomina adalah nama dari semua benda dan segala sesuatu yang dibendakan, dan menurut wujudnya dapat dibedakan menjadi :
a) Kata benda kongkret, yaitu nama dari benda-benda yang dapat ditangkap oleh pancaindra, misalnya rumah, batu, binatang, tanah, api, pemukul, panah. 
b) Kata benda abstrak, yaitu nama-nama benda yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindra, misalnya keagungan, kehinaan, kebesaran, kekuatan, kemanusiaan, pencucian, pencurian. 
  • Ciri-ciri kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan menambahkan yang+ kata sifat atau yang sangat + kata sifat dibelakang kata tersebut. Misalnya: rumah yang besar, batu yang keras.

 PRONOMINAL / KATA GANTI 
  • Kata ganti adalah kata yang berfungsi menggantikan orang, benda atau sesuatu yang dibendakan. Misalnya aku, saya, dia, mereka dan lain-lain. 
  • Kata ganti (pronominal) adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain dalam struktur kalimat. 
  • Ada tiga macam pronominal dalam bahasa Indonesia, yaitu:
a) Pronominal pesona adalah pronominal yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronominal pesona dapat mengacu pada diri sendiri(pronominal pesona pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara(pronominal persona kedua), atau mengacu pada orang yang diajak bicara (pronominal persona ketiga). Selanjutnya, pronominal dapat mengacu pada jumlah satu (pronominal tunggal) atau jumlah yang banyak (pronominal jamak). Berikut ini deskripsi pronominal persona dalam bahasa Indonesia. 
b) Pronominal penunjuk adalah pronominal yang menyatakan atau mengacu pada nomina lainnya dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam pronominall penunjuk, yaitu penunjuk umum dan penunjuk tempat. 
c) Pronominal penanya adalah pronominal yang dipakai sebagai pertanyaan. Dari segi maknanya, yang ditanyakan dapat berkaitan dengan orang, barang atau pilihan. 


 NUMERALIA / KATA BILANGAN 
  •  Kata Bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya benda (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Misalnya satu, dua, setengah, seluruh, beberapa dan lain-lain. 
  • Kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya sesuatu hal yang kongkret (orang, binatang, atau barang) dan konsep. 
  •  Dalam Bahasa Indonesia ada dua macam numeralia, yaitu numeralia pokok dan numeralia tingkat. Numeralia pokok merupakan jawaban atas pertanyaan “Berapa?”, sedangkan numeralia tingkat merupakan jawaban dari pertanyaan “Yang keberapa?”. 
  •  Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara mengubahnya adalah dengan menambahkan ke- di depan bilangan yang bersangkutan. Khusus untuk bilang satu juga dipakai istilah pertama. Contoh: kesatu (pertama), kedua, kelima, kesepuluh, dan seterusnya. Numeralia tingkat penulisannya diletakkan di belakang nomina yang diterangkan. Contoh: pemain ketiga, anak kelima, juara pertama, masalah kedua. 
  •  Numeralia pokok juga dapat diubah menjadi numeralia pecahan. Cara membentuk numeralia pecahan yaitu dengan memakai kata per- di antara bilangan pembagi dan penyebut. Dalam bentuk angka, cipakai garis pemisah kedua bilangan. 
 

ADVERBIAL / KATA KETERANGAN 
  • Kata keterangan adalah kata yang memberi keterangan pada kata lainnya. Misalnya alangkah, amat, barangkali, belum, terlampau, diam-diam dan lain-lain. 
  •  Adverbia (kata keterangan) adalah kata yang menerangkan predikat (verba) suatu kalimat. 
  • Ada beberapa jenis adverbia (kata keterangan) dalam bahasa Indonesia, yaitu :
a) Adverbial kuantitatif: menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Misalnya: banyak, sedikit, cukup, dan kira-kira. 
b) Adverbial limitative: menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Misalnya: hanya, saja, dan sekedar. 
c) Adverbial frekuentif: menggambarkan makna yang berhubungandengan tingkat keseringan terjadinya sesuatu. Misalnya: selalu, sering, jarang, dan kadang-kadang 
d) Adverbial kewaktuan: menggambarkan makna yang berhubungan dengan waktu terjadinya suatu peristiwa. Misalnya: baru dan segera. 
e) Adverbial kontrastif: menggambarkan pertentangan makna kata atau hal yang dinyatakan sebelumnya. Misalnya: bahkan, malahan, dan justru. 
f) Adverbial keniscayaan: menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian terjadinya suatu peristiwa. Misalnya: pasti dan tentu.

INTEROGATIVA / KATA TANYA 
  •  Kata tanya adalah kata yang digunakan untuk menanyakan sesuatu, berdasarkan jenis dan pemakaiannya. Misalnya apa, apakah, bagaimana, mengapa dan lain-lain. 
  • Kridalaksana berpandangan bahwa interogativa merupakan kategori yang dalam kalimat interogatif berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara. 
  •  Interogativa dibagi menjadi:
1. interogativa dasar, 
2. interogativa turunan, dan 
3. interogativa terikat. 
  •  Ramlan, menyebut dengan istilah kata tanya, ialah sejumlah kata yang berfungsi membentuk kalimat tanya, seperti: mengapa, kenapa, bagaimana, berapa, apa, siapa, mana, bilamana, kapan, bila, dan bukan.

DEMONTRATIVA / KATA TUNJUK 
  •  Kata tunjuk adalah kata yang dipakai untuk menunjuk atau menandai orang atau benda secara khusus. Misalnya ini, itu, berikut, di sini dan lain lain. Demonstrativa, menurut pendapat Kridalaksana dijelaskan sebagai kategori yang berfungsi menunjukan sesuatu di dalam maupun di luar wacana. 
  •  Berdasarkan bentuknya, demonstrativa dapat dibedakan menjadi: 
1. demonstrativa dasar, 
2. demonstrativa turunan, dan 
3. demonstrativa gabungan. 
  •  Berdasarkan ada tidaknya anteseden dalam wacana, demonstrativa dapat digolongkan menjadi: 
1. demonstrativa intratekstual atau demonstrativa endoforik, dan 
2. demonstrativa ekstratekstual atau demonstrativa eksoforik atau demonstrativa deiktik. 

 


 ARTIKULA / KATA SANDANG 
  •  Kata sandang adalah kata yang dipakai untuk membatasi kata benda. Misalnya sang, si, kaum, umat dan lain-lain. 
  •  Kata sandang (artikula) adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Dalam bahasa Indonesia ada tiga jenis artikula, yaitu: 
a) artikula yang bersifat gelar, 
b) artikula yang mengacu pada makna kelompok, Artikula yang mengacu pada makna kelompok atau makna kolektif dalam bahasa Indonesia yaitu penggunaan kata para. Dalam hal ini, kata para merupakan kata yang bermakna jamak, sehingga nomina yang dijelaskan tidak boleh berbentuk kata ulang. Misalnya, untuk menyatakan kelompok mahasiswa sebagai kesatuan yang dipakai adalah para mahasiswa bukan para mahasiswa-mahasiswa. 
c) artikula yang menominalkan. Artikula yang menominalkan dalam bahasa Indonesia adalah penggunaaan kata si. Artikula si yang dapat menominalkan mengacu ke makna tunggal dan umum (generic) bergantung pada konteks kalimat. Artikula si dipakai untuk mengiringi nama orang dan dalam bahasa Indonesia nonformal digunakan untuk mengiringi pronominal dia. 

 KONJUNGSI / KATA PENGHUBUNG 
  • Kata penghubung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa, kalimat, atau paragraf. Misalnya dan, atau, tetapi, sebab, karena dan lain-lain. 
  • Konjungsi (kata sambung) adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat. Berikut ini deskripsi kata hubung dan contohnya; 
a) Konjungtor koordinatif: dan, serta, tetapi, atau, sedangkan, melainkan. 
b) Konjungtor korelatif: baik…maupun; tidak hanya…tetapi juga; demikian…sehingga; sedemikian rupa…sehingga 
c) Konjungtor subordinatif: sejak, semenjak, sedari, jika, bila agar, seakan-akan, sebab, sehingga, dengan, bahwa 
d) Konjungtor antar kalimat: biarpun demikian, sekalipun demikian, sungguhpun demikian, sebaliknya, tetapi, sebelum itu, selanjutnya. 

 


 FATIS 
  • Menurut Kridalaksana, kategori fatis ialah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Kategori fatis biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wawancara bersambutan. Kategori ini dapat berbentuk bebas dan terikat 
  • Kategori fatis pertama kali diusulkan untuk masuk ke dalam kelas kata bahasa Indonesia oleh Harimurti Kridalaksana. Fatis, menurut Kridalaksana dalam Kulsum (2012), merupakan subkelas dari kata tugas yang memiliki bentuk khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil (satu silabel), dan mempunyai fungsi-fungsi dan/atau makna-makna tertentu. Fungsi fatis adalah untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi antara pembicara dan lawan bicaranya. Ini sesuai dari akar etimologi kata ini yang berasal dari bahasa Yunani phatos, bentuk verba dari ins phatai yang berarti “berbicara”. Dari pengertian tersebut, kita bisa menarik simpulan bahwa fatis pada mulanya tidak dapat dilepaskan dari konteks ragam lisan nonstandar. Barulah seiring dengan berkembangnya waktu, kategori fatis kita temukan dalam ragam tulisan, seperti surat pribadi atau obrolan pada media sosial. 
  • pengertian fatis setara dengan pengertian partikel penegas yang dinyatakan oleh Hasan Alwi (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2000: 307), yakni partikel yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya, contohnya -lah, -kah, -tah, dan pun. 
  • Perlu diketahui, fatis tidak hanya berbentuk kata, namun juga partikel dan frasa. Perhatikan gambar berikut yang memuat contoh partikel, kata, dan frasa fatis. 
  • Setiap bentuk dalam kategori fatis dapat memiliki distribusi tempat yang berbeda. Ada yang terdapat di awal kalimat seperti nah, misalnya “Nah, kalau begini, kita tidak akan kesulitan”. Ada yang terdapat di tengah kalimat seperti kek, contohnya “Mau diam, kek. Mau pergi, kek. Terserah kamu saja”. Sementara itu, contoh fatis yang terdapat pada akhir kalimat adalah sih dalam “Iya juga, sih”. 
  • Mungkin, fatis terasa mirip dengan kelas kata interjeksi. Meskipun kedua istilah dibedakan berdasarkan tujuannya (interjeksi bersifat emotif sedangkan fatis bersifat komunikatif), saya pun tetap kesulitan untuk membedakan keduanya. Contohnya, dalam “Menegaskan Perasaan Lewat Interjeksi”, kita bisa melihat bahwa ah, ayo, dan nah tergolong ke dalam kategori interjeksi. Namun, ketiganya ternyata juga bisa berdiri sebagai partikel fatis. 
  • Mengenai kebingungan ini, Kridalaksana menuliskan ciri utama yang membedakan fatis dengan interjeksi, “Interjeksi bersifat ekstrakalimat dan selalu mendahului ujaran sebagai teriakan yang lepas atau berdiri sendiri. (Inilah yang membedakannya dari partikel fatis yang dapat muncul di bagian ujaran mana pun, tergantung dari maksud pembicara.)” 

PREPOSISI / KATA DEPAN 
  • Kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frasa preposisional. Misalnya di, ke, dari, untuk, oleh dan lain-lain. 
  • Preposisi atau kata depan adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja. Kata depan menunjukkan berbagai hubungan makna antara kata sebelum dan sesudah preposisi. Berikut ini deskripsi preposisi dan contohnya: 
a) Preposisi berupa kata dasar: akan, bagi, demi, dengan, kecuali, pada, oleh, untuk. 
b) Preposisi berupa kata beerafiks: bersama, menjelang, menurut, menuju, terhadap. 
c) Preposisi yang berdampingan: daripada, oleh karena, sampai ke, sampai dengan selain itu. 
d) Preposisi berkorelasi: antara … dan …; dari … ke …; dari … sampai …; dari … sampai dengan …; sejak … sampai … 
e) Preposisi dan nomina lokatif: di atas meja, ke dalam rumah, dari sekitar kampus.

 

INTERJEKSI / KATA SERU 
  • Kata seru adalah kata tugas yang mengunggapkan rasa hati manusia. Misalnya aduhai, amboi,asyik, alhamdulillah dan lain-lain. 
  • Kata seru (interjeksi) adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hari pembicara. Untuk memperkuat ungkapan rasa hari seperti kagum, sedih, dan heran, orang mamakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung makna pokok tersebut.
  •  Di samping interjeksi asli, dalam bahasa Indonesia ada pula interjeksi yang berasal dari bahasa asing. 
  • Berikut ini jenis-jenis interjeksi dan contohnya: 
a) Interjeksi kekesalan: sialan, busyet, keparat 
b) Interjeksi kekaguman: aduhai, asyik, amboi 
c) Interjeksi kesyukuran: syukur, alhamdulilah 
d) Interjeksi harapan: insya Allah, semoga 
e) Interjeksi keheranan: aduh, aih, ai, lo, eh 
f) Interjeksi kekagetan: astaga, masyaallah 
g) Interjeksi ajakan: ayo, mari 
h) Interjeksi panggilan: hai, he, halo 
i) Interjeksi simpulan: nah

 

Reduplikasi / KATA ULANG
  • Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan. Misalnya mobil-mobil, sayur-mayur, warna-warni, tolong-menolong dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar